TransJakarta memiliki jalur khusus. Selain itu calon penumpang bisa memantau jam kedatangan bus lewat layar televisi yang tersedia di halte. Membayar ongkos pun dengan kartu elektronik. Nah, ini yang membuat nilai plus.
Sayang armada Jakarta bertambah secara lamban, sementara jumlah penumpang semakin banyak. Betapa padatnya TransJakarta akan terasa pada jam-jam sibuk, pagi hari dan sore hari saat warga pergi dan pulang kantor.
Untuk mengatasi kemacetan, pernah diberlakukan minimal tiga penumpang untuk kendaraan pribadi, pada daerah-daerah tertentu dan jam-jam tertentu. Di sinilah muncul joki-joki three in one, istilah yang akrab waktu itu. Namun kemudian sistem tersebut diganti dengan sistem ganjil-genap sesuai kalender. Rupanya sistem ganjil-genap terasa belum efektif. Masih terjadi kemacetan di sana-sini, biarpun dalam masa pandemi seperti ini.
Sekarang, salah satu penyebab kemacetan adalah menjamurnya taksi daring dan ojek daring, baik untuk mengangkut penumpang maupun barang/makanan. Nah, ini akibat kesulitan ekonomi, mereka beralih melayani taksi atau ojek daring.
Memperbanyak armada TransJakarta pada jam-jam sibuk, menurut saya, ampuh untuk menjadi alternatif mengurangi kemacetan.Â
Taruhlah armada tambahan itu beroperasi pada pukul 06.00-10.00 dan pukul 16.00-20.00. Rangkullah perusahaan-perusahaan besar untuk berpartisipasi mengatasi kemacetan Jakarta. Ada yang mampu menyediakan 10 bus, yah silakan.
Pokoknya Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan institusi swasta harus menyediakan transportasi umum yang aman, nyaman, dan tepat waktu.Â
Semoga dengan berpindahnya ibu kota negara, kemacetan Jakarta akan berkurang banyak. Dengan demikian banyak orang tidak akan stres lagi.*** Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H