Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Berkoleksi Uang Lama sebagai Investasi untuk Masa Depan

18 Januari 2022   08:42 Diperbarui: 19 Januari 2022   07:15 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brankas kecil dan koin-koin yang pernah dipendam dalam tanah (Dokpri)

Koin-koin dari masa kerajaan/kesultanan Islam (Dokpri)
Koin-koin dari masa kerajaan/kesultanan Islam (Dokpri)

Dikasih kerabat

Karena para kerabat tahu kalau saya mengoleksi uang lama, maka kalau nemu koleksi, mereka memberikan kepada saya. Pernah saya dikasih kipas kertas yang terbuat dari uang emisi 1962. Kondisi uang tersebut masih oke, dengan nomor seri urut. Namun karena sudah terlipat, jadi kualitasnya berkurang.

Pernah dikasih banyak koin Nederlandsch-Indie berikut brankas kecil. Dulu pada masa pendudukan Jepang, brankas tersebut ditanam di belakang rumah. Keluarga kakek takut pada tentara Jepang yang dianggap kejam.

Koin-koin tersebut berbahan tembaga dan perak. Yang tembaga banyak berkarat. Nah, ini buat latihan konservasi logam. Koin perak masih lumayan bagus.

Koleksi uang kertas dan koin tersebut saya simpan dalam album khusus. Yah lumayanlah sebagai benda investasi untuk masa depan. Siapa tahu beberapa tahun lagi akan berharga miliaran rupiah. 

Dengan demikian saya akan dijuluki 'Sultan Gading', hehehe... Namun bagi saya yang penting sebagai obat stres dan bahan pembelajaran. 

Itulah sebabnya saya tidak pernah meng-grading koleksi saya dengan membayar sejumlah biaya. Toh hanya buat iseng-iseng termasuk untuk bahan tulisan mengingat masih saja masyarakat awam percaya kepada berita-berita hoaks tentang 'uang kuno berharga mahal'.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun