Selain ensiklopedia, buku referensi lain yang dianggap penting adalah kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Arti lain kamus adalah buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya.
1. W.J.S. Poerwadarminta
KBBI merupakan penyempurnaan dari buku sejenis, Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) karya W.J.S. Poerwadarminta. Wilfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta, begitulah nama lengkap beliau. Poerwadarminta (12 September 1904-28 November 1968) dipandang pekamus atau leksikograf ulung yang dimiliki Indonesia.
Poerwadarminta juga dikenal sebagai tokoh sastra. Dalam menulis, ia memakai nama samaran Ajirabas, yang merupakan kebalikan dari nama Sabarija.
Poerwadarminta pernah menjadi guru. Buku pertamanya adalah Mardi Kawi (1930), sedangkan kamus pertamanya, Kawi Djarwa (1931).
Menurut Wikipedia, ia pernah dicalonkan untuk menerima gelar Honoris Causa, tetapi ditolaknya. Akhirnya pemerintah memberi penghargaan Satya Lencana Kebudayaan (1969). Jabatan terakhirnya adalah pegawai Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan.
2. Wojowasito
Tokoh lain yang dikenal sebagai leksikograf adalah S. Wojowasito. Beliau pernah menjadi dosen di Universitas Negeri Malang sekarang. Saya cari-cari di internet ternyata belum ada biodata beliau. Namun dari salah satu bukunya, Kamus Kawi-Indonesia, diketahui beliau tamat AMS pada 1939.
Pada 1950-1954, ia menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pada 1955-1964 ia menjadi dosen FKIP Malang. Selanjutnya pada 1973-1974 menjadi guru besar tamu pada University of Michigan, AS.
Selain kamus, Pak Wojowasito juga menulis Sejarah Kebudayaan Indonesia dan Ilmu Kalimat Strukturil. Rupanya Pak Wojowasito juga dikenal sebagai ahli kebudayaan. Pak Wojowasito pernah menulis kamus bersama Pak Poerwadarminta.
Menurut catatan Worldcat Identities OCLC, sebagaimana laman Jurusan Sastra Indonesia UNM, selama hayatnya Wojowasito sudah menulis 52 buku/kamus serius dan 218 karya ilmiah lain yang dipublikasikan dalam sembilan bahasa. Karya-karya beliau dikoleksi oleh 835 perpustakaan yang tersebar di berbagai negara di dunia.
3. Hassan Shadily
Nama ketiga yang berhubungan dengan kamus adalah Hassan Shadily. Ia lahir pada 20 Mei 1920 dan meninggal pada 10 September 2000.
Bersama John M. Echols, Hassan berhasil menyusun Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia. Kedua kamus telah berkali-kali cetak ulang.
Ketika mendapat beasiswa Fullbright, Hassan Shadily mengambil pendidikan master sosiologi di Cornell University (1952-1955). Di sini, Hassan berkenalan dengan John M. Echols, yang mengajaknya terlibat dalam proyek penyusunan kamus Indonesia-Inggris yang sedang dikerjakan.
Kedua leksikograf itu, sebagaimana tribunnews.com, menghasilkan buku An Indonesian-English Dictionary, diterbitkan Cornell University Press pada 1961. Menyusul An English-Indonesian Dictionary pada 1975.
Kedua buku itu kemudian diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama di Indonesia sebagai Kamus Indonesia-Inggris dan Kamus Inggris-Indonesia mulai 1976. Sejumlah revisi telah dilakukan terhadap kedua kamus.
Begitulah kisah singkat tiga penyusun kamus legendaris yang wajib kamu ketahui. Tak kenal maka tak sayang.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H