Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tata Pamer Museum Harus Menarik dan Edukatif

28 September 2019   12:50 Diperbarui: 28 September 2019   13:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung Mina Barari IV (Foto: beritajakarta.id)
Gedung Mina Barari IV (Foto: beritajakarta.id)

Itu lagi itu lagi

Pemaparan berikutnya diberikan oleh Ibu Nusi dari Museum Nasional. Seingat saya, kalau berbicara Museum Nasional, dulu orang selalu berpandangan koleksi museum itu lagi, itu lagi. Memang selama bertahun-tahun tata pamer museum tidak pernah berubah. Ibu Nusi memaparkan tata letak museum sejak 1868, saat masih bernama Bataviaasch Genootschaap van Kunsten en Wetenschappen, hingga pasca kemerdekaan paling-paling berubah sedikit. Barulah setelah mendapatkan gedung di sebelahnya, pada 1990-an dimulai pembangunan gedung tambahan. Pak SBY sewaktu menjabat presiden pada 2007 meresmikan gedung baru. Padahal pembangunan mulai dilaksanakan pada 1996. Maklumlah anggaran dari pemerintah diberikan secara bertahap.

Menurut Ibu Nusi, ruang pameran yang ideal harus memiliki syarat-syarat  kecukupan luas (sesuai dengan kebutuhan), ketinggian ceiling di atas 4 meter, sinar (matahari) tidak berlebihan, pintu akses keluar-masuk (termasuk ketersediaan pintu darurat), ketersediaan aliran listrik, dan ketersediaan APAR (alat pemadam kebakaran). Selain itu memiliki perangkat pameran, yang terdiri atas vitrin/showcase, partisi (konstruksi), panil, mounting, base, dan lighting (tata cahaya).

Diskusi dihadiri sekitar 80 orang, perwakilan dari museum, komunitas, mahasiswa, dan pemerhati. Menurut saya, tata pamer museum jelas harus menarik dan (bukan atau) edukatif. Setelah diskusi peserta melihat-lihat koleksi di MHG. Sebagian besar berupa benda-benda kuno, khususnya keramik, yang berasal dari kapal kargo kuno yang tenggelam di perairan Nusantara beberapa abad lampau. Soal MHG saya pernah nulis di sini..  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun