Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tata Pamer Museum Harus Menarik dan Edukatif

28 September 2019   12:50 Diperbarui: 28 September 2019   13:14 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskusi bulanan kembali digelar oleh Asosiasi Museum DKI Jakarta "Paramita Jaya". Kegiatan itu diadakan di Marine Heritage Gallery (MHG) atau Galeri Warisan Maritim---untuk singkatnya kita sebut saja Galeri Maritim---milik  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Gedung Mina Bahari IV lantai 2 di kawasan Gambir. Gedung Mina Bahari IV terletak di Jalan Batu, berdekatan dengan kompleks KKP di Jalan Medan Merdeka Timur.

Diskusi mengambil tema "Mengolah informasi dalam tata pamer museum: menarik atau edukatif?" dengan narasumber Pak Punto Argari Sidarto dan Ibu Nusi Lisabilla Estudiantin. Bertindak sebagai moderator Ibu Zainab Tahir dari MHG. Sebelum diskusi Ketua Paramita Jaya, Pak Yiyok, memberikan sambutan. Selanjutnya sambutan selamat datang dari pihak tuan rumah, yang diwakili Pak Rusman dari KKP.

Ketua Pamarita Jaya Pak Yiyok memberikan sambutan (Dokpri)
Ketua Pamarita Jaya Pak Yiyok memberikan sambutan (Dokpri)

Pelestarian

Menurut Pak Punto fungsi museum terbagi dua, yakni pelestarian warisan budaya dan/atau alam serta komunikasi publik. Termasuk ke dalam komunikasi publik adalah tata pamer museum. Pameran di museum, kata Pak Punto, adalah media komunikasi visual antara (misi) museum dengan pengunjung museum.

Dijelaskan pula soal tata pamer museum, yang diklasifikasikan menjadi tiga, sesuai jenis pameran. Ketiga jenis pameran yang dikenal museum adalah pameran tetap, pameran semi temporer, dan pameran temporer.

Selanjutnya Pak Punto menjelaskan sajian koleksi. Ada beberapa sifat sajian koleksi, yakni evokatif, informatif, interaktif, estetis, dan dekoratif. Sajian koleksi umumnya berbentuk cetak. Namun untuk masa kini dibuat visualisasi dan digital elektronik. "Beberapa sajian dapat ditampilkan secara bersamaan atau sajian gabungan," kata Pak Punto.

Informasi dalam bentuk teks dan foto (Dokpri)
Informasi dalam bentuk teks dan foto (Dokpri)

Ada sejumlah tahapan agar sajian itu menarik. Dalam tahap perencanaan dibuat naskah akademik dan alur kisah. Dalam tahap perancangan dibuat gambar teknis dan matriks tata pamer.  "Matriks Tata-Pamer adalah skema penyajian yang menyatukan berbagai jenis sajian maupun unsur sajian, ruang pamer, topik dan sub-topik, perangkat penyajian, koleksi, muatan informatif, sajian evokatif, dll," demikian Pak Punto. Ia menambahkan, semakin rinci matriks tata-pamer, akan semakin memudahkan proses kerja penataan.

Nah, yang perlu kita perhatikan, museum adalah lembaga terbuka untuk seluruh masyarakat, sehingga sasaran komunikasi pun sangat luas, mencakup masyarakat umum dengan rekomendasi penajaman pada kalangan anak dan remaja (pelajar) dan pengunjung khusus yang dilayani oleh pemandu. Untuk itu, kata Pak Punto, ada dua pertimbangan penting untuk melihat apakah pengunjung tertarik pada koleksi dan informasinya. Misalnya kalau keletakan koleksi rendah, apakah pengunjung membaca informasi pada label lalu berjongkok mengamati koleksi atau tidak. Optimalisasi interaksi pancaindera pengunjung juga patut dipertimbangkan. Contohnya pengunjung bisa memegang koleksi.

Pesan penting Pak Punto, penempatan bidang kerja Tata Pamer sebagai pekerjaan interior, akan mengakibatkan kesulitan dalam pengembangan Tata Pamer Museum. "Keterbatasan jumlah kurator museum adalah salah satu kendala dalam pengembangan permuseuman. Untuk itu Paramita Jaya dapat membentuk suatu Gugus Kurator untuk membantu museum-museum di DKI Jakarta," demikian Pak Punto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun