Keempat, pewarta arkeologi. Jurnalis dan guru sejarah mungkin boleh kita sebut demikian. Peran mereka cukup besar loh.
Kelima, pejuang arkeologi. Saya lihat sudah ada beberapa individu dan komunitas yang benar-benar bekerja dengan 'pikiran dan hati' demi arkeologi. Mereka rela mengeluarkan tenaga, waktu, dan dana pribadi. Masyarakat sudah hadir, seharusnya pemerintah juga hadir.
Keenam, penyokong arkeologi. Beberapa arkeolog yang sukses dalam finansial bisa menjadi penyokong dana dan sebagainya. Kalau duduk di komunitas, bisa sebagai dewan penyantun, misalnya.
Ketujuh, pemerhati arkeologi. Mereka umumnya berprofesi sebagai wiraswasta. Kepedulian mereka amat kita harapkan juga demi arkeologi.
Sekali lagi, kemampuan menulis populer yang dilakukan oleh kalangan sendiri amat penting. Tiap instansi memiliki masalah sendiri, terutama yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya tentang pencurian, penggalian liar, pembongkaran bangunan bersejarah, penemuan benda kuno di tengah sawah, dan penyelundupan barang antik.
Jadi arkeolog harus mampu menulis populer untuk memberantas 'arkeologi semu' yang semakin tumbuh di masyarakat, terutama dengan ilmu utak atik gatuk atau cocoklogi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H