Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Arkeolog Harus Mampu Menulis Populer untuk Menangkal Ilmu Cocoklogi

1 September 2019   16:12 Diperbarui: 1 September 2019   19:40 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua remaja yang sedang memperhatikan replika prasasti Kedukan Bukit yang menjadi salah satu koleksi peninggalan sejarah masa Kerajaan Sriwijaya di TPKS Palembang, Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Gandus Palembang, Selasa (3/5/2016) - (Foto: WELLY HADINAT/SRIPOKU.COM-tribunnews.com)

Keempat, pewarta arkeologi. Jurnalis dan guru sejarah mungkin boleh kita sebut demikian. Peran mereka cukup besar loh.

Kelima, pejuang arkeologi. Saya lihat sudah ada beberapa individu dan komunitas yang benar-benar bekerja dengan 'pikiran dan hati' demi arkeologi. Mereka rela mengeluarkan tenaga, waktu, dan dana pribadi. Masyarakat sudah hadir, seharusnya pemerintah juga hadir.

Keenam, penyokong arkeologi. Beberapa arkeolog yang sukses dalam finansial bisa menjadi penyokong dana dan sebagainya. Kalau duduk di komunitas, bisa sebagai dewan penyantun, misalnya.

Ketujuh, pemerhati arkeologi. Mereka umumnya berprofesi sebagai wiraswasta. Kepedulian mereka amat kita harapkan juga demi arkeologi.

Sekali lagi, kemampuan menulis populer yang dilakukan oleh kalangan sendiri amat penting. Tiap instansi memiliki masalah sendiri, terutama yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya tentang pencurian, penggalian liar, pembongkaran bangunan bersejarah, penemuan benda kuno di tengah sawah, dan penyelundupan barang antik.

Jadi arkeolog harus mampu menulis populer untuk memberantas 'arkeologi semu' yang semakin tumbuh di masyarakat, terutama dengan ilmu utak atik gatuk atau cocoklogi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun