Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Toleransi Beragama di Ranah Minang Kuno

23 Agustus 2019   09:08 Diperbarui: 23 Agustus 2019   09:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arca Bhairawa di Museum Nasional (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Arca Bhairawa di Museum Nasional (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Arca Bhairawa di Museum Nasional (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Cocoklogi

Menurut peneliti sejarah Wenri Wanhar, berbagai bukti menunjukkan bahwa ekspedisi Pamalayu  memang digelar untuk persahabatan., bukan penaklukan. 

Bukti kebesaran Kerajaan Dharmasraya, menurut Wenri, juga tersimpan dalam naskah kuno Tanjung Tanah yang disimpan di Kerinci. Naskah itu adalah Kitab Niti Sarasamuchaya yang merupakan undang-undang yang berlaku zaman Kerajaan Dharmasraya berkuasa. Usia naskah tersebut sekitar 600 tahun.

Pak Wenri seakan 'menyalahkan' N.J. Krom yang memulai narasi 'penaklukan' tersebut.   Pendapat banyak ahli di zaman penjajahan Belanda tersebut, menurut Pak Wenri, banyak yang tidak cocok dengan konteks orang Indonesia. 

Ia menyebutkan bunga bangkai yang ditemukan oleh Raffles sehingga dinamakan Raflesia.  Namun Pak Wenri juga menyelipkan 'cocoklogi' tentang nama-nama wilayah Damo, dhamma yang berarti cahaya, damar, dan Ario Damar.

Dalam sesi tanya jawab, seorang penanya baru mengetahui bahwa di ranah Minang kuno sejak lama terjadi toleransi beragama. "Ini penting diketahui generasi sekarang dan mendatang supaya tidak ada kafir-kafiran atau surga dan neraka," katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun