Sebagai ketua delegasi, Bung Hatta merasa lega atas pengakuan kedaulatan RI. "Diplomasi adalah usaha setahap demi setahap untuk sampai pada mewujudkan keseluruhan dari target dan tujuan bangsa dan negara," kata Bung Hatta sebagaimana disampaikan Ibu Halida.
Prof. Fridus menyampaikan makalah Perspektif Belanda tentang Dekolonisasi 1945-1950. "Saya ingin memulai dengan mengemukakan bahwa sudut pandang resmi Pemerintah Belanda menyebutkan bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh pada 1949 setelah pengalihan kedaulatan ke Republik Indonesia Serikat. Bahwa pada Agustus 1950 Indonesia kembali ke konstitusi 17 Agustus 1945 sama sekali tidak pernah disebutkan dalam buku-buku sekolah di Belanda," kata Prof. Fridus.
Saat ini, kata Prof. Fridus, masyarakat usul ada sembilan nama jalan yang memakai nama tokoh Indonesia. Namun nama Bung Karno dan Bung Hatta tidak tercantum karena rupanya masyarakat masih 'sakit'.
Separatis
Hubungan Indonesia dan Belanda sempat tegang hingga beberapa lama. Tidak heran, kata Pak Rushdy, banyak negara memanfaatkan konflik itu. Jepang sebagai negara yang kalah perang, misalnya, menjadi pemasok utama Indonesia. Begitu pula AS dan beberapa negara Eropa. Batu sandungan lain adalah pembentukan organisasi separatis seperti Republik Maluku Selatan dan Organisasi Papua Merdeka.
Sejarawan militer Kolonel Kusuma banyak berbicara tentang pembentukan POPDA, yakni Panitia Oeroesan Pengembalian Djepang  dan APWI. APWI merupakan singkatan dari Allied Prisoners of War and Internees. Menurut Pak Kusuma, selama ini yang dibicarakan umumnya sejarah politik militer, bukan sejarah pribadi. Seharusnya sejarah militer juga membicarakan sejarah sosial militer. Untuk itulah sejarawan militer harus mencatat hal-hal yang negatif dan positif.
Berbicara sejarah memang menarik. Apalagi ada yang bilang sejarah ditulis oleh para pemenang. Sebagian lagi berpendapat untuk menghancurkan sebuah bangsa, kaburkan sejarahnya. Sejarah punya teknik dan metodologi loh. Sejarah bukan hanya bercerita tentang peristiwa dan tokoh, tapi merupakan sumber inspiratif dan edukatif bagi negerasi sekarang dan mendatang. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H