Pada panel, ada informasi tentang teori masuknya Islam ke Nusantara. Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina, begitulah yang selama ini dikenal.
Kedatangan Islam untuk pertama kalinya di Indonesia, sejak abad pertama Hijriah rupanya belum banyak menyentuh masyarakat luas. Kemudian datanglah sekelompok mubaligh yang dikenal dengan sebutan Wali Songo yang membuka cakrawala syiar Islam.Â
Para wali ini juga memiliki gelar Sunan. Sunan berasal dari kata "Susuhunan" yang artinya "yang dijunjung tinggi" atau panutan masyarakat setempat. Begitulah salah satu panel pameran.
Ada lagi ucapan-ucapan menyentuh para wali. Miliki hati yang selalu bersyukur pada Allah, begitu kata Sunan Gunung Jati. Jadikan hati, pikiran dan perilakumu penuh rahmat Allah, itu kata Maulana Malik Ibrahim. Bersihkan hati, akal dan perilakumu, demikian wejangan Sunan Kalijaga.
Dialog budaya
Saya sempat mengikuti dialog budaya bertema Dakwah Membumi Walisongo bersama Prof. Jajat Burhanuddin dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Syafig A. Mughni, utusan khusus Presiden, dan K.H. Agus Sunyoto, tokoh NU. Dialog tersebut dimoderatori Pak Nadjamuddin Ramly, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya.
Menurut Pak Syafig, apa yang dilakukan walisongo mempengaruhi kultur masyarakat Indonesia. "Walisongo menggunakan dakwah kultural dengan cara reformatif. Artinya tidak membumihanguskan modal budaya yang ada, dengan kata lain bentuk tetap tetapi hanya mengubah isinya. Contohnya gending tetap, syairnya  berubah," kata Pak Syafig.
Pak Jajat mengatakan pola kultural dekat dengan budaya maritim. Oleh karena itu pengislaman dilakukan dengan cara akulturasi, misalnya kerajaan Demak mengirim para ulama ke Kalimantan dan Sulawesi.
Pak Agus menguraikan tentang naskah-naskah tua seperti tentang Sarandib dan berita dinasti Tang abad ke-7. Konon, orang-orang dari Arab tidak berani kirim utusan ke Sarandib karena letaknya di tengah laut. Jadi orang-orang Nusantara yang pergi ke Arab karena memang dikenal sebagai pelaut andal. Â