Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kata Walisongo, Miliki Hati yang Selalu Bersyukur

25 Mei 2019   07:22 Diperbarui: 25 Mei 2019   07:33 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta dialog budaya (Dokpri)

Pada panel, ada informasi tentang teori masuknya Islam ke Nusantara. Teori Gujarat, Teori Arab, Teori Persia, dan Teori Cina, begitulah yang selama ini dikenal.

Kedatangan Islam untuk pertama kalinya di Indonesia, sejak abad pertama Hijriah rupanya belum banyak menyentuh masyarakat luas. Kemudian datanglah sekelompok mubaligh yang dikenal dengan sebutan Wali Songo yang membuka cakrawala syiar Islam. 

Para wali ini juga memiliki gelar Sunan. Sunan berasal dari kata "Susuhunan" yang artinya "yang dijunjung tinggi" atau panutan masyarakat setempat. Begitulah salah satu panel pameran.

Ada lagi ucapan-ucapan menyentuh para wali. Miliki hati yang selalu bersyukur pada Allah, begitu kata Sunan Gunung Jati. Jadikan hati, pikiran dan perilakumu penuh rahmat Allah, itu kata Maulana Malik Ibrahim. Bersihkan hati, akal dan perilakumu, demikian wejangan Sunan Kalijaga.

Dialog budaya di Masjid Istiqlal (Dokpri)
Dialog budaya di Masjid Istiqlal (Dokpri)

Dialog budaya

Saya sempat mengikuti dialog budaya bertema Dakwah Membumi Walisongo bersama Prof. Jajat Burhanuddin dari UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Syafig A. Mughni, utusan khusus Presiden, dan K.H. Agus Sunyoto, tokoh NU. Dialog tersebut dimoderatori Pak Nadjamuddin Ramly, Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya.

Menurut Pak Syafig, apa yang dilakukan walisongo mempengaruhi kultur masyarakat Indonesia. "Walisongo menggunakan dakwah kultural dengan cara reformatif. Artinya tidak membumihanguskan modal budaya yang ada, dengan kata lain bentuk tetap tetapi hanya mengubah isinya. Contohnya gending tetap, syairnya  berubah," kata Pak Syafig.

Pak Jajat mengatakan pola kultural dekat dengan budaya maritim. Oleh karena itu pengislaman dilakukan dengan cara akulturasi, misalnya kerajaan Demak mengirim para ulama ke Kalimantan dan Sulawesi.

Peserta dialog budaya (Dokpri)
Peserta dialog budaya (Dokpri)

Pak Agus menguraikan tentang naskah-naskah tua seperti tentang Sarandib dan berita dinasti Tang abad ke-7. Konon, orang-orang dari Arab tidak berani kirim utusan ke Sarandib karena letaknya di tengah laut. Jadi orang-orang Nusantara yang pergi ke Arab karena memang dikenal sebagai pelaut andal.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun