Saya pikir kalau setiap tahun ada penambahan bus TransJakarta sehingga masyarakat merasa aman, nyaman, dan tepat waktu, mereka akan beralih dari kendaraan pribadi. Memang naik kereta lebih cepat daripada naik bus. Namun kalau jalan lancar, pasti masyarakat akan berpartisipasi dengan bus.
Pihak kepolisian juga harus berperan. Sebaiknya perolehan tilang digunakan untuk membeli bus. Pihak-pihak swasta bisa membantu lewat program CSR yang mereka miliki. Lewat gotong royong, kemacetan akan teratasi.
Kalaupun tetap dengan membuat jalur bawah tanah, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah melakukan Studi Kelayakan Arkeologi. Mengingat sejarah Jakarta yang begitu panjang, dipastikan masih banyak tinggalan masa lampau terkubur di dalam tanah.
Sejauh ini sejarah Jakarta masih gelap. Tinggalan yang masih bisa dilihat hanyalah berasal dari masa Kolonial dan masa Islam. Tinggalan-tinggalan dari masa-masa sebelumnya sudah rusak tergerus pembangunan fisik mengingat pembangunan fisik di Jakarta berkembang sangat pesat.
Mungkin saja ketika sedang mengeruk tanah tersembul benda-benda budaya dari masa lampau. Hal ini harus benar-benar menjadi perhatian serius. Contoh yang masih hangat adalah temuan tinggalan purbakala dalam pembangunan jalan tol di kawasan Malang, Jawa Timur awal Maret lalu. Diperkirakan ada candi dan artefak-artefak lain dari masa Kerajaan Majapahit.
Semoga ada penelitian ilmiah untuk pembangunan MRT fase kedua. Semoga pula transportasi publik di Jakarta menjadi lebih baik.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H