Kalau ada buku-buku tua yang sulit diselamatkan, biasanya Pak Harianto men-scan atau memfoto buku tersebut. Setelah itu dicetak dan dijilid.Â
Menurut Pak Harianto, koleksi buku-bukunya terbuka bagi siapa saja, baik untuk mahasiswa yang menulis skripsi maupun tesis atau disertasi. Informasi di Museum Hakka TMII, sebagian berasal dari koleksi Pak Harianto.
"Saya belum tahu what next terhadap buku-buku itu," katanya. Memelihara atau melestarikan memang amat sulit daripada mengumpulkan. Syukur-syukur ada keluarga yang berminat. Pak Harianto sendiri memiliki dua anak, sekarang mereka tinggal di mancanegara.
Kita harapkan ada lembaga penampungan nantinya. Jadi harta karun ilmu pengetahuan itu tetap terselamatkan untuk dipakai dari generasi ke generasi. Jangan jatuh ke tangan pedagang yang cuma mementingkan faktor komersial.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H