Dalam pertemuan nasional museum se-Indonesia akhir Maret 2010 lalu, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) Naning Adiwoso, mengatakan bahwa toilet adalah nyawa sebuah museum, di samping informasi koleksi dan  pelayanan. Toilet yang kotor dan berbau, apalagi gelap, tentu saja merupakan promosi negatif buat museum. Dengan demikian besar kemungkinan para pengunjung tidak mau datang kembali ke museum tersebut karena kondisi toiletnya sangat buruk.
Menurut Naning, definisi toilet umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus, lengkap dengan kloset, persediaan air, dan perlengkapan lain yang bersih, aman, dan higienis. Kalau tempat itu nyaman, maka masyarakat domestik, komersial, maupun publik dapat membuang hajat dengan tenang. Selain itu mereka dapat memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis lainnya.
Selama ini kita mengenal berbagai bentuk toilet umum. Biasanya setiap toilet mencerminkan budaya dan kondisi ekonomi suatu komunitas. Ada yang mewah dan berwarna-warni. Ada pula yang sederhana.
Namun bukan itu yang diutamakan. Syarat sebuah toilet yang baik adalah kering, bersih, aman, dan nyaman. Toilet yang mewah bukan jaminan toilet yang baik. Toilet yang baik bisa jadi berharga murah.
Saat ini toilet sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Banyak orang sering kali melakukan curhat di toilet. Berbagai pertemuan antarbudaya juga sering terjalin di sini. Karena itu, menurut Naning, hal-hal demikian harus diperhatikan jika ingin mempercantik toilet.
Toilet tidak perlu mahal, yang penting berdesain ringan. Untuk faktor keamanan, pintu harus terbuka keluar, hemat air, dan material lantai mudah dibersihkan. Agar menarik, toilet dapat dibuat dengan suatu tema atau disesuaikan dengan kedaerahan, misalnya berarsitektur Bali. Toilet juga harus mempertimbangkan jenis kelamin, anak-anak, orang cacat, lansia, dan kebutuhan kaum muslim.
Iman
Boleh saja sebuah pameo mengatakan, "Kebersihan adalah sebagian dari iman". Namun dalam kenyataan sehari-hari, betapa faktor kebersihan masih kurang diperhatikan oleh masyarakat kita. Contoh yang jelas terdapat pada berbagai fasilitas umum, di antaranya toilet museum.
Di banyak negara, toilet menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan. Asumsinya adalah tidak ada bangunan yang tidak memerlukan toilet. Dengan demikian setiap bangunan pasti membutuhkan toilet. Negara-negara maju berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakatnya karena faktor kebersihan.
Tahun 2009 lalu ATI melakukan penilaian terhadap kebersihan toilet sejumlah bandara di tanah air. Hasilnya adalah toilet umum yang dikelola bandar udara internasional Juanda, Surabaya, dinilai sebagai toilet yang terbersih dari 19 bandara di Indonesia. Toilet tersebut mengalahkan toilet milik bandara Soekarno-Hatta, Jakarta dan Ngurah Rai, Bali.
"Bandara internasional merupakan pintu masuk pertama ke Indonesia, sehingga peran toilet umum di sana sangat krusial sekali," ujar Triesna Wacik, isteri Jero Wacik yang pernah menjadi Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.
Padahal, menurut panitia penilai April 2010 lalu, penilaian toilet bersih di museum memiliki nilai strategis agar wisatawan yang berwisata ke museum tidak kecewa dengan kondisi toiletnya. Â Selain itu toilet bersih akan memenuhi syarat kesehatan, sehingga mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Tahun 2010 lalu 76 museum mendapat kesempatan pertama untuk dinilai kebersihan toiletnya oleh Kemenbudpar, mengingat 76 museum itu paling banyak dikunjungi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
"Ternyata respon museum tidak ada. Mereka mengaku belum siap dinilai karena nampaknya kondisi toilet di museum itu tidak layak dinilai. Ini kan menyedihkan. Jadi bagaimana wisatawan bisa betah dan mau datang ke museum jika kondisi toiletnya saja kayak begitu," demikian tim penilai berkomentar. Â Semoga tujuh tahun berselang, kondisi toilet museum sudah memenuhi syarat minimal sebagaimana yang disebutkan Naning dan Trisna.
Naning Adiwoso mengakui toilet museum kurang mendapat perhatian. Padahal, dengan toilet yang bersih akan menjadi titik perhatian bagi wisatawan yang mengunjungi objek wisata tersebut.
Selama ini alasan klasik pengelola museum, terutama museum milik Pemerintah pusat dan daerah, adalah karena tidak ada dana mencukupi untuk menjaga kebersihan toilet. Karenanya, jangan heran jika toilet di museum selalu jorok, berbau, tidak sehat, dan menjijikkan.
Serem
Sebenarnya berbagai keluhan terhadap toilet museum sudah diungkapkan sejak lama. Di antaranya dari seorang bloger berikut ini, "...contohnya di Monas. Tiket masuknya Rp 7.500 untuk umum, Â tapi coba liat deh toiletnya...hiii sereeem!! bau!!!! remang-remang!! kotor!!! dan ada tarikan Rp 1.000 buat pengguna toilet, katanya sih udah kebijakan dari pengurus Monas...". Ini kondisi 2010. Tentu lain dengan kondisi 2017.
Toilet kotor bukan hanya terdapat di Monas. Kondisi museum-museum lain pun tak jauh berbeda. Â "Pengalaman yang menjijikan adalah pada saat saya ingin menggunakan toilet untuk buang air. Bagi saya masuk ke toilet merupakan suatu penderitaan tersendiri karena tidak satu pun toilet yang benar-benar bersih apalagi higienis. Air pun sering macet," tulis seorang bloger lain. Keluhan ini pun diungkapkan tahun 2010.
Perilaku masyarakat kita dalam menjaga kebersihan, juga sering menambah keburukan fasilitas toilet. Misalnya saja buang air tanpa disiram, meninggalkan bekas sepatu di lantai, mencoret-coret tembok dengan alat tulis, atau torehan uang logam yang banyak berisikan kata-kata tak layak.
Itulah sebabnya masyarakat kita masih menganggap toilet merupakan tempat yang kumuh, kotor, dan jorok karena memang begitu keadaannya. Mungkin kita harus meniru Singapura dengan budaya bersihnya yang benar-benar dijalankan. Jadi bukan sekadar jargon kosong belaka. Menurut Naning, Singapura juga pernah sangat jorok. Â Namun pemerintah Singapura mengeluarkan peraturan tegas yang mengharuskan warganya menggelontor peturasan setelah buang hajat dan menghukum pelanggarnya. Ternyata peraturan itu membuahkan hasil.
Kini Singapura dikenal sebagai salah satu negara terbersih di Asia, melewati peringkat  Jepang dan Hongkong. Sudah saatnya giliran kita untuk menjadikan Indonesia bersih dan sehat.  Karena, seperti jargon di Singapura, kalau Anda tak punya toilet bersih, Anda tidak punya masa depan.
Museum adalah pintu masuk terdepan karena hampir selalu menjadi tujuan utama para wisatawan. Hari gini belum punya toilet yang baik, apa kata dunia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H