Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banyak Museum di Indonesia Belum Memiliki Uang Kertas ORIDA

3 Juni 2017   07:09 Diperbarui: 3 Juni 2017   08:30 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekadar gambaran, banyak URI termasuk URIDA terbuat dari kertas singkong, kertas stensil, atau kertas roti. Belum lagi menggunakan tinta seadanya dan dicetak dengan perangkat kecil. Namun demikian peran URIDA untuk membela dan mengisi kemerdekaan RI sangat besar.

Ternyata upaya pihak penjajah untuk menyetop peredaran URI diantisipasi dengan peredaran URIDA. Namun, seperti halnya mengeluarkan URI palsu sebagai perang urat syaraf kepada pemerintahan republik, pihak penjajah pun banyak mengedarkan URIDA palsu. Tak dimungkiri, tujuannya adalah agar masyarakat marah kepada penguasa yang sah sehingga akan terjadi kegoncangan politik.

Kini, kalangan numismatis banyak menemukan URIDA palsu. Mereka memberi istilah old-fake (palsu lama) karena dipalsukan pada masa lalu untuk kepentingan politik antara dua penguasa, yakni Indonesia dan Belanda. Ada pula new-fake (palsu baru), pemalsuan pada masa sekarang untuk kepentingan ekonomi.  Meskipun palsu, koleksi-koleksi itu tetap berguna. Uang ini bisa menjadi bahan perbandingan, terlebih dengan adanya produk-produk yang benar-benar dinyatakan asli.

Disayangkan banyak generasi sekarang di berbagai daerah kurang mengetahui adanya URIDA. Seharusnya uang lokal ini dikoleksi oleh museum-museum daerah. Kalau sulit memperoleh koleksi, bisa bekerja sama dengan numismatis. Seandainya koleksi asli, dalam kondisi apa pun sulit diperoleh, museum bisa menggunakan teknologi masa kini, antara lain scanner. Scansaja URIDA yang langka, toh warna dan bentuknya masih sesuai dengan asli. Yang penting masyarakat memperoleh informasi dari uang-uang tersebut. ***   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun