Cap-positif, yaitu cara mencetak bentuk secara positif, contohnya telapak tangan dicelup pada pewarna, kemudian dicap pada permukaan batu.
Cukil, yaitu cara membuat gambar dengan menggores permukaan batu menggunakan benda runcing dari logam, batu, atau kayu.
Gambar cadas yang ditemukan umumnya berwarna merah dan hitam, menggunakan oker yang mengandung oksida besi. Oker terbukti merupakan pewarna yang tahan terhadap cuaca dan pelapukan dibandingkan dengan warna lain, sehingga masih bertahan hingga kini. Untuk warna hitam, biasanya manusia prasejarah menggunakan arang.
Sembur sendiri dan oleh orang lain
Bagaimana gambar cadas dibuat? Saya sempat berbincang-bincang dengan Dr. Pindi Setiawan, ahli gambar cadas dari ITB. Menurutnya, secara umum, media gambarnya (dinding) dipersiapkan dan dibesihkan. Nah, bila diperhatikan terdapat goresan-goresan tak beraturan pada media gambar cadas (garca). “Jadi tidak langsung lukis/sembur,” katanya. Ia meyakini, medianya dibersihkan dulu. Baik bersih-bersih teknis, maupun bersih-bersih spritual.
Untuk cara buat hand stencil, teknik yang umum adalah disembur dari mulut. Ini akan menghasilkan titik-titik sembur yang tidak sama ukurannya. Bisa juga disemprot dengan suatu alat tulang atau bambu. Maka menghasilkan titik-titik sembur yang relatif sama ukurannya.
Yang sulit dijawab adalah disemburkan sendiri atau oleh orang lain? Pada kasus suku Kirawari dan Aborigin, diperlihatkan cara swasembur (disembur sendiri). Namun pada beberapa kasus, misalnya di Gua Jeriji Saleh Sangkulirang, rasanya sulit bila harus cara swasembur. Idealnya disemburkan oleh orang lain.
Yang juga belum bisa dijawab adalah bagaimana posisi telapak ketika disembur, tertelungkup atau terléntang. Posisi tertelungkup secara alamiah lebih nyaman menyentuh dinding. Suku Kirawari dan Aborijin juga membuat hand stencil dengan menelungkupkan telapaknya. Ini berarti punggung tangan menghadap penyembur. Namun sekali lagi, terdapat hand stencil yang tampaknya harus dibuat dengan posisi telapak yang terlentang bila harus swasembur.
Posisi telapak terhadap dinding dan arah sembur terhadap telapak sangat mempengaruhi bentuk akhir di dinding. Makin jauh tangan dari dinding, biasanya ujung telapak menuju lengan, maka imaji yang terjadi akan mengecil lebarnya.
Makin miring arah sembur terhadap telapak terutama terhadap jemari, maka akan makin membuat tajam sudut-sudut pertemuannya, misal ujung jari menjadi seperti berkuku yang runcing. Jempol dan kelingking biasanya menjadi jemari paling jauh dari arah sembur, sehingga bentuknya kadang tidak anatomis seperti aslinya.
Yang juga menarik adalah méngapa mereka membuat hand stencil. Banyak pendekatannya, tapi yang jelas setiap telapak tangan manusia adalah unik, seperti sidik jari. Penelitian saya pada hand stencil vs fotokopi telapak mahasiswa menunjukkan kemiripan di atas 90%. Setiap mahasiswa mempunyai komposisi dan bentuk jemari dan telapak yang unik.