Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Museum DPR agar Jauh dari Korupsi

20 September 2016   09:01 Diperbarui: 20 September 2016   09:08 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum DPR (Foto: cnnindonesia.com)

Mungkinkah Indonesia mengadopsi jenis wisata unik dan museum aneh ini mengingat Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat korupsi tertinggi di dunia?

Sebenarnya wacana usulan pembuatan kebun koruptor pernah digulirkan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. Bahkan wacana membangun museum koruptor sudah dilontarkan Achmad Sodiki, juga dari Mahkamah Konstitusi.

Pendirian museum koruptor, kata Achmad Sodiki, bertujuan agar rakyat Indonesia bisa mengingat siapa saja para pejabat dan pihak yang telah melakukan korupsi. Museum ini diharapkan jadi peringatan agar orang lain tidak melakukan korupsi serupa.

Untuk membangkitkan pariwisata, kita bisa menyelenggarakan wisata korupsi dan membangun museum korupsi atau monumen korupsi. Modal awalnya pakai saja uang sitaan dari hasil korupsi yang masuk ke kas negara.

Jika korupsi dilihat lewat aktivitas ini, siapa tahu akan memberikan efek jera buat para calon pelaku. Obyek paling cocok untuk pertama kali bisa saja Proyek Hambalang karena ini akan menyeret nama-nama pejabat negara dan anggota DPR.

Djulianto Susantio Arkeolog dan Pemerhati Museum; Tinggal di Jakarta

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun