“Eh ah uh ti tidak Ca,” lamunan Ci bubar berganti dengan bergidik keras sampai terkencing-kencing di buah mangga manalagi, buah kesukaan Mu, seekor monyet kecil yang suka berbagi dengan dirinya, dan juga binatang lain.
Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.
Ya!
Ci kembali melihat Ca menyudahi lamunannya, lalu bergegas pergi. Ke kiri, dua kelokan lalu ke kanan, kemudian ke kiri dan bertemu rimbunan pohon singkong... dan,
“Bang*** kau! Tak paham sama sekali teori buka lapak, eh berani-beraninya buka lapak, maen lapak, nyomot-nyomot banyak binatang buat datang ke lapakmu! Tahu gak kau! Kau itu iblis sesat yang menyesatkan banyak binatang lewat lapakmu!”
“Apa kau Ci?” bentak Mu tiba-tiba
“Eh ah uh ti tidak Ca,” Ci sangat terkejut dan akhirnya terjatuh, ditangkap Mu..
Hup
“Mu?” Ci terkejut bukan main, di matanya terlihat Mu yang berdandan seakan hendak pergi jauh.
“Kau mau ke mana Mu?”
“Pergi? Bagaimana dengan lapakmu?”
Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.
Ya