Mohon tunggu...
djeng sri
djeng sri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - penuliscerita dan freelancer menulis

suka fotografi dan fiksi ;)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Ca, Ci, Mu (Kisah Lapak Hutan Larangan Kompah Siamang)

7 November 2015   07:37 Diperbarui: 7 November 2015   13:51 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="copyright by bowobagus'p"][/caption]

Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.

Ah, Ci kembali tenggelam dalam lamunannya. Dua batang pertanyaan yang mampir dalam sekejab kilatan badai tak berhasil goyahkan ego besarnya untuk berpikir kritis. Sebagai seekor siamang yang pandai dan mempunyai segudang landasan teori tentang cara membuka dan menutup lapak. Ia punya ambisi, ambisi, dan ambisi.. untuk menghabisi!

Aku coba pikir..

Bagaimana cara menutup lapaknya? Gumamnya dalam lamunan panjang dan berat, seberat jam dinding diatas pohon mangga yang berdentang duapuluhenam kali. Seekor Ci (cicak) datang melihat dan memperhatikannya dengan seksama. Kepalanya bergoyang ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah, sambil sesekali menjulurkan lidahnya. Ia tak habis pikir mengapa Ca selalu melamun setiap saat, setiap waktu, bahkan setiap hari,

Katanya dia ahli? Kok sepi?

“Apa kau Ci?” bentak Ca tiba-tiba

“Eh ah uh ti tidak Ca,” Ci sangat terkejut lalu dengan cepat melarikan diri, sembunyi di batang paling atas pohon mangga. Nafasnya terputus-putus, seakan nyaris mampus. Ingatannya melayang cepat seperti proyekstor film layar tancap, menyajikan banyak kejadian mengerikan di hutan Larangan Siamang beberapa waktu yang lalu...

“Bang*** kau! Tak paham sama sekali teori buka lapak, eh berani-beraninya buka lapak, maen lapak, nyomot-nyomot banyak binatang buat datang ke lapakmu! Tahu gak kau! Kau itu iblis sesat yang menyesatkan banyak binatang lewat lapakmu!”

Katanya dia ahli? Kok sepi?

“Apa kau Ci?” bentak Ca tiba-tiba

“Eh ah uh ti tidak Ca,” lamunan Ci bubar berganti dengan bergidik keras sampai terkencing-kencing di buah mangga manalagi, buah kesukaan Mu, seekor monyet kecil yang suka berbagi dengan dirinya, dan juga binatang lain.

Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.
Ya!

Ci kembali melihat Ca menyudahi lamunannya, lalu bergegas pergi. Ke kiri, dua kelokan lalu ke kanan, kemudian ke kiri dan bertemu rimbunan pohon singkong... dan,

“Bang*** kau! Tak paham sama sekali teori buka lapak, eh berani-beraninya buka lapak, maen lapak, nyomot-nyomot banyak binatang buat datang ke lapakmu! Tahu gak kau! Kau itu iblis sesat yang menyesatkan banyak binatang lewat lapakmu!”

“Apa kau Ci?” bentak Mu tiba-tiba

“Eh ah uh ti tidak Ca,” Ci sangat terkejut dan akhirnya terjatuh, ditangkap Mu..

Hup

“Mu?” Ci terkejut bukan main, di matanya terlihat Mu yang berdandan seakan hendak pergi jauh.

“Kau mau ke mana Mu?”

“Pergi? Bagaimana dengan lapakmu?”

Aku pikir...
Aku coba pikir..
Aku.
Ya

“Kau mau ke mana Mu?” 

+
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community

 

Jogja, 7 Nopember 2015
djeng sri

Jogja 23 Oktober 2015
djeng sri, No 26

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun