“Aduh!” Aku tak bisa membedakan lagi apakah ini mimpi atau kesdaran nyata, entahlah, namun buku-buku dari kota gudeg itu makin riuh berteriak, mengaku-aku diri sebagai best seller, best seller, best seller, best-nol besar!
“Hemm… sudahlah teman,” sebuah buku dari ibukota menggamit lenganku
“Biarkan mereka riuh”
“Kenapa?”
“Kau tak tahu mengapa?”
“Iya,” jawabku lemas
“Sebab mereka dahulu adalah kumpulan tulisan di dunia maya yang dikumpulkan dalam sebuah rumah, yaitu buku”
“AH?
“Dan kau tahu?”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!