Di sisi lain, Bagas, Sinta, dan Johan menghadapi tantangan berbeda di Barat. Mereka melewati hutan dengan pohon-pohon besar dan akar-akar yang menjalar, membuat perjalanan mereka tidak mudah.
"Johan, kamu di depan, hati-hati dengan jebakan," kata Bagas sambil terus memeriksa peta.
Johan yang dengan pakaian Cakilnya terlihat mencolok, maju dengan hati-hati. "Tenang saja, Bagas. Aku ini punya insting seperti harimau."
Sinta tidak bisa menahan tawa mendengar ucapan Johan, "Harimau? Mungkin lebih cocok kalau kamu bilang kelinci."
Johan berpura-pura tersinggung. "Kelinci? Wah, jangan meremehkan kelinci, Sinta. Mereka cepat dan pintar, seperti aku."
Bagas hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum, tapi diam-diam ia merasa kesal dengan kelucuan Johan yang membuat Sinta terus tersenyum.
Dalam perjalanan mereka, Ibu Malam berusaha menggagalkan misi mereka dengan mengirim makhluk-makhluk bayangan yang berbahaya. Namun, setiap kali makhluk-makhluk itu muncul, Johan selalu berhasil menemukan cara untuk mengelabui mereka.
Di salah satu momen, makhluk bayangan hampir menyerang Sinta dari belakang, tetapi Johan dengan cepat mengambil batu dan melemparkannya ke arah lain, mengalihkan perhatian makhluk tersebut.
"Sinta, cepat! Lari!" teriak Johan sambil menarik tangan Sinta untuk kabur.
Bagas yang melihat itu hanya bisa kagum dengan kecerdikan Johan. "Kamu benar-benar tahu cara mengatasi masalah, Johan."
Johan tersenyum lebar, "Aku kan sudah bilang, aku punya insting harimau."