Di tengah pertempuran, Johan mencoba menarik perhatian prajurit dengan gerakan tariannya yang aneh, berharap bisa mengelabui mereka. "Hei, lihat ke sini! Aku Cakil yang paling menawan!" teriaknya sambil melompat-lompat. Dua prajurit Ibu Malam tampak bingung sejenak, tak tahu apakah Johan musuh atau sekadar badut.
Sementara itu, Bagas dan Saskia bertarung di sisi lain. Saskia yang terluka, berusaha tetap bertahan dengan serangan-serangan kecil, sementara Bagas menggunakan kekuatannya untuk menahan dua prajurit sekaligus. Namun, mereka mulai kewalahan dengan jumlah musuh yang terus mendesak.
Raka, meskipun tubuhnya dipenuhi luka, tak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dia berhasil menjatuhkan tiga prajurit lagi dengan gerakan cepat dan mematikan, membuat sisa prajurit mulai ragu. "Siapa lagi yang berani mendekat?" tantang Raka dengan suara yang penuh amarah.
Melihat bahwa prajurit-prajurit mereka mulai runtuh, beberapa dari mereka mencoba menyerang Raka dari belakang. Namun, dengan kecepatan yang luar biasa, Raka berbalik dan memotong pedang mereka sebelum serangan itu mengenai tubuhnya. Dalam waktu singkat, Raka berhasil mengalahkan semua prajurit yang tersisa.
Sinta, yang selama ini berlindung di belakang, berlari menghampiri Raka begitu pertempuran selesai. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan cemas.
Raka mengangguk, walaupun wajahnya terlihat lelah. "Aku baik-baik saja. Tapi kita harus cepat pergi sebelum lebih banyak prajurit datang," jawabnya.
Mereka semua setuju dan segera meninggalkan tempat itu. Namun, dalam hati mereka tahu bahwa ini belum berakhir. Ibu Malam masih menunggu mereka di luar sana, dan mereka harus menemukan cara untuk mengalahkannya sebelum semua ini berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H