Bicara Aceh, yang pertama kali terbayang adalah penerapan hukum syariah yang cukup ketat dengan hukuman cambuk bagi yang melanggarnya. Keberadaan GAM di masa lalu juga membuat banyak orang khawatir akan keamanan di sana.Â
Trauma tsunami turut menjadikan orang juga was-was untuk berkunjung ke pesisir pantai, takut kejadian serupa bakal terulang kembali. Belum lagi karakter orang Aceh yang keras membuat rasa nyaman berkurang saat berjalan-jalan di tempat umum.
Ketika pertama kali berkunjung ke Aceh, saya juga sempat berpikiran sama. Namun seiring dengan waktu, lambat laun bayangan tersebut mulai sirna. Apalagi seiring dengan seringnya saya berkeliling Aceh bahkan hampir khatam dikunjungi seluruh kabupaten kotanya, keindahan alam Aceh satu persatu mulai terkuak. Benar-benar luar biasa dan masih relatif alami dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Dari pengalaman keliling ke-34 provinsi di Indonesia, menurut saya Aceh merupakan provinsi yang paling lengkap keindahan alamnya. Mulai dari pantainya yang tak kalah dengan Maldives hingga pegunungan yang mampu bersaing dengan keindahan Alpen minus salju di pucuknya. Aceh benar-benar surga dunia yang masih perawan, belum banyak tersentuh oleh tangan-tangan manusia yang merusak alamnya.
Dimulai dari Sabang yang berada di ujung paling barat, disinilah wilayah Indonesia dimulai dari barat, ditandai dengan tugu titik Nol Kilometer hingga berujung di Merauke wilayah paling timur Indonesia.Â
Di sini kita juga bisa snorkling di sekitar pulau Rubiah dan menikmati keindahan sunrise di pantai timur Sabang. Kota Sabang juga pernah menjadi wilayah Pelabuhan bebas seperti Batam sebelum ditutup beberapa tahun lalu. Ciri khas yang masih tertinggal adalah berseliwerannya mobil-mobil eks luar negeri yang tidak ada di tempat lain.
Bergerak ke daratan, kita akan disuguhi pantai barat Aceh yang menawan mulai dari Lhoknga hingga ke Tapaktuan. Di sinilah pemandangan sunset benar-benar indah, tak kalah dengan pantai Kuta Bali, dan pantainya masih relatif bersih dibandingkan pantai-pantai di Jawa dan Bali.Â
Saat musim angin barat tiba, berselancar menjadi atraksi utama sebelum redup sejak masa pandemi. Namun pantainya tetap saja ramai dikunjungi wisatawan lokal yang haus akan hiburan mengingat di Aceh tidak ada bioskop dan sejenisnya.
Bergeser ke tengah, kita akan disajikan pemandangan indah pegunungan Bukit Barisan yang membentang hingga ke selatan Pulau Sumatera dan kaki Gunung Leuser yang merupakan puncak tertinggi di Provinsi Aceh.Â
Hutan pinus yang masih cukup lebat membuat alam Aceh tampak hijau menawan. Tepat di tengah-tengah terdapat Danau Laut Tawar yang merupakan danau terbesar di Provinsi Aceh yang membentang dari tepi kota Takengon hingga sekitar 20 kilometer ke arah timur.
Wisata sejarah dan budaya juga tak kalah menarik dari wilayah lainnya di Indonesia. Masjid Baiturrahman merupakan ikon wisata religi yang tetap kokoh berdiri saat menghadapi gelombang tsunami tahun 2004 lalu.Â
Rumah panggung khas Aceh, tari Saman yang sudah mendunia, peci khas Aceh dengan paduan warna kuning, merah, dan hitam merupakan bagian dari keragaman budaya yang ada di provinsi Aceh. Gua Jepang di Sabang dan Lhokseumawe juga menjadi saksi sejarah Perang Dunia kedua yang turut melibatkan Aceh di kancah pertempuran.
Sisa-sisa bencana tsunami juga menjadi obyek wisata yang tak kalah menarik di Banda Aceh, mulai dari Musium Tsunami karya sang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, kapal nelayan terapung di Lampulo hingga kapal PLTD apung yang kandas menghujam rumah penduduk di bawahnya.Â
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenang kejadian bencana tersebut. Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena dari sejarah kita bisa belajar memperbaiki diri.
So, kenapa harus ragu untuk berwisata ke Aceh? Memang kendala terbesarnya adalah harga tiket pesawat yang masih mahal, namun bisa diakali dengan melakukan penerbangan ke Medan, lalu dilanjutkan dengan jalan darat menuju Aceh.Â
Perjalanan selama sekitar 12 jam tidak akan terasa di malam hari dan akan terbangun saat Subuh tiba di Banda Aceh. Segeralah berwisata ke Aceh mumpung masih alami dan belum banyak tangan-tangan jahil yang merusak alamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H