Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Aceh, Surga Dunia yang Terlupakan

2 Juli 2022   22:42 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:36 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Baiturrahman (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Bicara Aceh, yang pertama kali terbayang adalah penerapan hukum syariah yang cukup ketat dengan hukuman cambuk bagi yang melanggarnya. Keberadaan GAM di masa lalu juga membuat banyak orang khawatir akan keamanan di sana. 

Trauma tsunami turut menjadikan orang juga was-was untuk berkunjung ke pesisir pantai, takut kejadian serupa bakal terulang kembali. Belum lagi karakter orang Aceh yang keras membuat rasa nyaman berkurang saat berjalan-jalan di tempat umum.

Ketika pertama kali berkunjung ke Aceh, saya juga sempat berpikiran sama. Namun seiring dengan waktu, lambat laun bayangan tersebut mulai sirna. Apalagi seiring dengan seringnya saya berkeliling Aceh bahkan hampir khatam dikunjungi seluruh kabupaten kotanya, keindahan alam Aceh satu persatu mulai terkuak. Benar-benar luar biasa dan masih relatif alami dibandingkan daerah lain di Indonesia.

Hutan Pinus ala Alpen (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Hutan Pinus ala Alpen (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dari pengalaman keliling ke-34 provinsi di Indonesia, menurut saya Aceh merupakan provinsi yang paling lengkap keindahan alamnya. Mulai dari pantainya yang tak kalah dengan Maldives hingga pegunungan yang mampu bersaing dengan keindahan Alpen minus salju di pucuknya. Aceh benar-benar surga dunia yang masih perawan, belum banyak tersentuh oleh tangan-tangan manusia yang merusak alamnya.

Tugu KM 0 Indonesia (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tugu KM 0 Indonesia (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dimulai dari Sabang yang berada di ujung paling barat, disinilah wilayah Indonesia dimulai dari barat, ditandai dengan tugu titik Nol Kilometer hingga berujung di Merauke wilayah paling timur Indonesia. 

Di sini kita juga bisa snorkling di sekitar pulau Rubiah dan menikmati keindahan sunrise di pantai timur Sabang. Kota Sabang juga pernah menjadi wilayah Pelabuhan bebas seperti Batam sebelum ditutup beberapa tahun lalu. Ciri khas yang masih tertinggal adalah berseliwerannya mobil-mobil eks luar negeri yang tidak ada di tempat lain.

Sunset di Lhoknga (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Sunset di Lhoknga (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Bergerak ke daratan, kita akan disuguhi pantai barat Aceh yang menawan mulai dari Lhoknga hingga ke Tapaktuan. Di sinilah pemandangan sunset benar-benar indah, tak kalah dengan pantai Kuta Bali, dan pantainya masih relatif bersih dibandingkan pantai-pantai di Jawa dan Bali. 

Saat musim angin barat tiba, berselancar menjadi atraksi utama sebelum redup sejak masa pandemi. Namun pantainya tetap saja ramai dikunjungi wisatawan lokal yang haus akan hiburan mengingat di Aceh tidak ada bioskop dan sejenisnya.

Danau Laut Tawar (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Danau Laut Tawar (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Bergeser ke tengah, kita akan disajikan pemandangan indah pegunungan Bukit Barisan yang membentang hingga ke selatan Pulau Sumatera dan kaki Gunung Leuser yang merupakan puncak tertinggi di Provinsi Aceh. 

Hutan pinus yang masih cukup lebat membuat alam Aceh tampak hijau menawan. Tepat di tengah-tengah terdapat Danau Laut Tawar yang merupakan danau terbesar di Provinsi Aceh yang membentang dari tepi kota Takengon hingga sekitar 20 kilometer ke arah timur.

Gua Jepang di Sabang (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Gua Jepang di Sabang (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Wisata sejarah dan budaya juga tak kalah menarik dari wilayah lainnya di Indonesia. Masjid Baiturrahman merupakan ikon wisata religi yang tetap kokoh berdiri saat menghadapi gelombang tsunami tahun 2004 lalu. 

Rumah panggung khas Aceh, tari Saman yang sudah mendunia, peci khas Aceh dengan paduan warna kuning, merah, dan hitam merupakan bagian dari keragaman budaya yang ada di provinsi Aceh. Gua Jepang di Sabang dan Lhokseumawe juga menjadi saksi sejarah Perang Dunia kedua yang turut melibatkan Aceh di kancah pertempuran.

PLTD Apung (Sumber: Dokumentasi pribadi)
PLTD Apung (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Sisa-sisa bencana tsunami juga menjadi obyek wisata yang tak kalah menarik di Banda Aceh, mulai dari Musium Tsunami karya sang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, kapal nelayan terapung di Lampulo hingga kapal PLTD apung yang kandas menghujam rumah penduduk di bawahnya. 

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengenang kejadian bencana tersebut. Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena dari sejarah kita bisa belajar memperbaiki diri.

Love from Aceh (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Love from Aceh (Sumber: Dokumentasi pribadi)

So, kenapa harus ragu untuk berwisata ke Aceh? Memang kendala terbesarnya adalah harga tiket pesawat yang masih mahal, namun bisa diakali dengan melakukan penerbangan ke Medan, lalu dilanjutkan dengan jalan darat menuju Aceh. 

Perjalanan selama sekitar 12 jam tidak akan terasa di malam hari dan akan terbangun saat Subuh tiba di Banda Aceh. Segeralah berwisata ke Aceh mumpung masih alami dan belum banyak tangan-tangan jahil yang merusak alamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun