Pemerintah benar-benar mendandani kota tersebut dengan baik dan menjaga situs-situs bersejarah yang terkait dengan penambangan batubara agar tidak dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sejarah panjang penambangan batubara di Sawahlunto sendiri dimulai sejak ditemukannya cadangan batubara terbesar di Sumatera tersebut tahun 1867 melalui penelitian yang dilakukan oleh De Greeve dan dimulainya pertambangan tahun 1892. Untuk mempermudah transportasi batubara, dibangunlah jaringan rel kereta api dari Sawahlunto ke Kota Padang melalui Padang Panjang serta menyisir Danau Singkarak yang indah itu.
Saat ini masih tersisa beberapa peninggalan utama situs penambangan terbesar di Sumatera Barat tersebut, mulai dari Stasiun Kereta Api Sawahlunto, Lubang Tambang Mbah Soero, dan Goedang Ransoem sebagai saksi sejarah dimulainya industri besar di tengah hutan rimba Sumatera, disamping gedung kantor pusat PT Bukit Asam dan Gedung Pusat Kebudayaan yang masih digunakan hingga saat ini.
Di luar industri tambang batubara, kota ini termasuk unik karena terletak di lembah sempit pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari Aceh hingga Lampung.Â
Di tengah sempitnya lembah yang mengapit sungai Ombilin dan Sungai Lunto didirikan sebuah kota yang menjadi pusat penambangan batu bara terbesar pada masanya tersebut. Kondisi kotanya mengingatkan saya pada kota-kota di negeri jiran yang masih mereservasi bangunan tuanya sehingga keasliannya tetap terjaga.
Ketika saya berkunjung bulan November tahun lalu, kondisinya sudah tidak terlalu ramai lagi karena kegiatan penambangan sudah nyaris berhenti disebabkan oleh menipisnya cadangan batubara. Namun kotanya tetap tertata rapi, bangunan-bangunan peninggalan masa kejayaan batubara masih berdiri tegak dan terawat dengan baik.
Saya sendiri sempat mampir ke museum kereta api untuk melihat jejak perjalanan batubara dari tambang hingga dikapalkan ke luar pulau. Di sana tersimpan replika lokomotif Mak Itam yang menjadi legenda terhubungnya daerah pedalaman tanah Minangkabau dengan pantai.Â
Dulu lokomotif ini menghela batubara sampai ke pelabuhan, sebelum akhirnya jalur kereta tersebut ditutup total dari Sawahlunto hingga Padangpanjang tahun 2009 karena gempa bumi dan longsornya tanah di lembah Anai, menyisakan jalur Padangpanjang - Padang yang masih beroperasi hingga kini.
Di dalam museum juga terdapat benda-benda peninggalan terkait jalur kereta api yang masih tersisa, dan video mini yang menceritakan sejarah perkembangan kereta api dan batubara di Sawahlunto.Â
Pemandu yang juga merupakan pegawai pemda setempat dengan sigap menjelaskan berbagai jenis barang peninggalan yang ada di museum termasuk cerita sejarah singkat pertambangan batubara di Sawahlunto.
Selepas itu, kunjungan dilanjutkan ke Museum Loebang Tambang Mbah Soero yang sangat melegenda di kalangan para petambang saat itu. Mbah Soero merupakan simbol para tahanan yang dipaksa bekerja di areal tambang bawah tanah tertutup dengan kaki dan tangan dirantai agar tidak lari dari tambang.Â