Ini sepertinya titik lemah admin dalam menentukan parameter atau indikator sehingga menimbulkan pro dan kontra hampir setiap tahunnya. Penentuan nominasi yang hanya berdasarkan vote tentu sangat lemah dasarnya dan dapat memancing kontroversi seperti terjadi sekarang ini. Padahal admin K bisa meniru sistem detik.com yang memberikan poin pada setiap tulisannya, atau Indonesia Idol yang mengadakan kualifikasi awal untuk mencari penyanyi berkualitas.Â
Artinya admin bisa memilih siapa yang paling aktif menulis, paling banyak headline, paling banyak komen dan like selama setahun terakhir atau periode pemilihan K of the Year, untuk menentukan nominator awal, dan jumlahnya diperbanyak misal setiap item ada 10 nominator, baru dilempar ke warga dalam bentuk vote untuk memilih yang terbaik, bukan dari awal pemilihan sehingga yang hanya satu dua tulisan hits langsung masuk nominasi, sementara yang berdarah-darah menulis setiap hari dan sering diganjar headline malah tidak masuk sama sekali. Tentu ini tidak fair dalam pemilihan.
Demikian pula dengan K-Rewards yang sudah pernah saya bahas sebelumnya di sini, perlu ada transparansi penggunaan Google Analytics yang dapat dibaca pada akun masing-masing, tak harus dipampangkan di setiap tulisan.
Hal ini untuk menambah semangat para penulis agar lebih rajin berkontribusi. Selain itu statistik yang ada di halaman profil dan tulisan tidak gampang berubah, karena selama ini saya perhatikan sering berubah-ubah angkanya. Sebagai penulis angka tersebut penting untuk mengetahui apakah tulisannya menarik atau tidak dibaca orang, bukan sekedar statistik mati saja.
4. Mesin K yang (kurang) stabil
Perubahan memang berjalan cepat di era teknologi informasi sekarang ini. Mesin K yang pertama tahun 2009 tentu sudah tidak relevan lagi dignakan tahun 2018. Namun sayangnya perubahan yang terakhir ini masih menyisakan masalah, terutama saat login dan ada beberapa browser dan provider yang kadang-kadang tidak kompatibel. Tidak ada sistem yang sempurna, namun terlalu sering sulit akses apalagi saat hendak akses atau menulis tentu dapat mengurangi mood menulis. Untuk itu perlu segera dicari dan diperbaiki kelemahan saat login sehingga tidak ada lagi kesulitan untuk mengakses K dimanapun.
Demikian juga seringnya terjadi perubahan angka statistik seperti telah dituls di atas. Walau kadang tampak sepele, tapi sebenarnya angka statistik penting bagi penulis untuk melihat kinerja tulisannya. Saya yakin penulis juga ingin dihargai tulisannya dengan mengetahui banyaknya pembaca yang mampir di artikelnya. Jadi jangan pernah menganggap remeh statistik terutama yang berkaitan dengan penulis.
5. Hilangnya narasumber setia K
Walau penulis baru semakin bertambah, namun lambat laun para penulis senior dan ternama yang dulu sering menulis di sini mulai mundur teratur, seperti mantan KSAU Marsekal (purn) Cheppy Hakim, pengamat pertahanan Marsda (purn) Prayitno Ramelan, pengamat ekonomi Faisal Basri, bahkan Wapres JK dulu juga pernah menulis di K. Alangkah sayangnya orang-orang besar seperti mereka tak lagi tertarik menulis di K karena tidak ada perubahan berarti. Padahal dulu mereka adalah daya tarik penulis pemula dan para pembaca untuk menulis dan berdiskusi di K.
* * * *
Perubahan saat ini berlangsung sangat cepat dan dapat menyapu siapapun yang terlambat mengantisipasinya. Sudah banyak media sosial berguguran walau dulunya tampak sangat hebat, sebut saja mulai dari Friendster, Yahoo (kecuali mail), Path, bahkan Google Plus sekalipun yang menjadi anak kandung Google. Di dalam negeri yang sejenis Kompasiana bisa kita sebut Politikana, Blog Detik sudah gugur sebelum berkembang. Tinggal Kompasiana satu-satunya (menurut pengamatan saya) yang masih bertahan sebagai platform tanpa moderasi seperti yang lain.