Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jumatan di Masjid Terbesar Kota Sorong

15 Juni 2018   23:15 Diperbarui: 22 Juni 2018   00:03 3133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu sholat Jumat di sini sekitar pukul 12.20 siang, jadi saat saya datang jam 11.50 suasana masjid masih tidak terlalu ramai. Baru menjelang azan, satu per satu umat muslim mendatangi masjid hingga tampak penuh sesak. Benar saja, parkiran masjid penuh saat khatib mulai naik mimbar menyampaikan khotbah Jumat.

Khatib Sedang Berkhutbah (Dokpri)
Khatib Sedang Berkhutbah (Dokpri)
Walaupun penuh sesak oleh umat Islam yang hendak melaksanakan sholat Jumat, namun suasana tetap khidmat. Jamaahnya tidak hanya para pendatang saja, namun banyak juga penduduk asli yang terlihat dari perawakan dan wajahnya yang khas, berbeda dengan etnis Melayu pada umumnya. 

Bhinneka Tunggal Ika tampak sekali di dalam masjid ini dan mereka berbaur satu sama lain tanpa melihat asal sukunya masing-masing. Materi khutbahnya pun adem, menyangkut keimanan dan ketaqwaan pada Sang Pencipta, tidak terkait dengan urusan politik atau pilkada.

Sejuk rasanya sholat Jumat di masjid tersebut. Tidak ada rasa khawatir akan kejadian separatisme yang masih menjadi bahaya laten di Papua. Menurut warga setempat, Sorong termasuk kota yang paling aman di antara daerah lain di Papua. 

Benar juga kata supir tadi, karena masyarakatnya heterogen, paham separatisme sulit masuk ke daerah Sorong, apalagi di wilayah kabupaten banyak dihuni oleh para transmigran yang sudah sukses secara ekonomi, bahkan wakil bupati Sorong saat ini dijabat oleh suku Jawa.

Bandara DEO (Dokpri)
Bandara DEO (Dokpri)
Kembali ke laptop, setelah jumatan selesai saya langsung bergegas menuju bandara. Sejujurnya saya agak sedikit cemas juga karena sholat baru mulai sekitar pukul 12.50 WIT. 

Untunglah karena jaraknya tidak jauh dan tidak ada kemacetan seperti di Jakarta, waktu tempuhnya hanya sekitar lima belas menit sudah sampai di bandara. Suasana masih sepi karena pesawat baru terbang jam setengah tiga, sementara penumpang lain baru berdatangan pukul dua kurang seperempat.

Ternyata saya mengalami delay hingga jam setengah enam sore karena kondisi cuaca sedang hujan badai sehingga pesawat dari Manokwari ditunda keberangkatannya. 

Hati agak sedikit cemas karena harus pindah pesawat di Makassar dan jadwalnya berangkat jam enam sore. Untunglah pesawat di Makassar juga ikut di delay menunggu pesawat yang kami tumpangi. Selamat sudah saya tiba kembali di Jakarta tanpa harus menginap seperti kejadian di Batam dulu.

Tulisan Lain tentang Papua:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun