Mohon tunggu...
Diyarilma Anggun Ratu Innayah
Diyarilma Anggun Ratu Innayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010203

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak, M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles

10 Oktober 2024   08:14 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:46 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

11. Menyusun Jadwal yang Seimbang

Menjadi sarjana sering kali berarti menghadapi tuntutan akademis yang tinggi. Oleh karena itu, penting untuk menyusun jadwal yang seimbang antara waktu belajar dan waktu untuk diri sendiri. Mahasiswa harus memastikan bahwa mereka memiliki waktu untuk bersantai, berolahraga, dan melakukan hobi yang mereka cintai. Keseimbangan ini akan membantu menjaga kesehatan mental dan emosional.

12. Menghindari Over-commitment

Salah satu jebakan yang sering dihadapi mahasiswa adalah terjebak dalam komitmen yang berlebihan. Mengetahui batasan diri dan belajar untuk mengatakan tidak adalah keterampilan penting. Mahasiswa harus memprioritaskan aktivitas yang sejalan dengan nilai-nilai kebajikan mereka sehingga tidak merasa terbebani oleh tuntutan yang tidak perlu.

13. Mempraktikkan Pemikiran Kritis

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi seorang sarjana. Mahasiswa perlu belajar menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan merumuskan pendapat yang berdasar. Dengan mengembangkan kemampuan ini, mahasiswa akan lebih siap menghadapi tantangan di dunia nyata dan menjadi pemikir yang mandiri.

Kesimpulan

Menjadi sarjana bukan hanya tentang mengejar gelar atau pengetahuan saja, tetapi juga tentang pengembangan karakter dan pencarian kebahagiaan. Etika kebahagiaan menurut Aristoteles memberikan kerangka kerja yang kuat bagi para sarjana untuk memahami tujuan pendidikan dan menciptakan hidup yang lebih baik. Dengan membangun kebajikan, melakukan refleksi diri, menjalin hubungan yang bermakna, dan menghadapi tantangan dengan sikap positif, sarjana dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan bahagia. Melalui pemahaman dan penerapan etika kebahagiaan, para sarjana tidak hanya membentuk diri mereka sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, etika kebahagiaan menjadi landasan penting dalam perjalanan akademis dan kehidupan kita.

Daftar Pustaka

  1. Aristoteles. Nicomachean Ethics. Translated by Terence Irwin. Hackett Publishing Company, 1999.
  2. Aristoteles. (2009). Nicomachean Ethics. Translated by W.D. Ross. Chicago: The University of Chicago Press.
  3. Hursthouse, R. (1999). On Virtue Ethics. Oxford: Oxford University Press.
  4. Kraut, R. (2018). Aristotle on the Human Good. Princeton: Princeton University Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun