Ketika menghadapi tantangan, sangat penting untuk memiliki sikap positif. Sarjana dapat berlatih mengubah cara pandang mereka terhadap masalah. Alih-alih melihat tantangan sebagai hambatan esar, mereka dapat melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Ini sejalan dengan pandangan Aristoteles bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam proses, bukan hanya hasil akhir.
6. Mengintegrasikan Pembelajaran dengan Kehidupan
Pendidikan seharusnya tidak hanya menjadi teori yang dipelajari di dalam kelas. Sarjana perlu mengintegrasikan pembelajaran mereka ke dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat dilakukan dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dalam konteks yang nyata. Misalnya, jika seorang sarjana mempelajari etika, mereka dapat berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip etika tersebut dalam pengambilan Keputusan kehidupan sehari-hari.
7. Melakukan Kegiatan yang Memperkuat Kebajikan
Sarjana dapat memilih untuk terlibat dalam kegiatan yang memperkuat kebajikan mereka. Misalnya, mereka dapat berpartisipasi dalam program sukarela, yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi juga membantu dalam pengembangan karakter. Kegiatan semacam ini menciptakan pengalaman yang kaya dan memberi makna pada hidup.
8. Mengembangkan Kebiasaan Baik
Membentuk kebiasaan baik adalah kunci untuk mencapai kebajikan. Sarjana dapat menetapkan rutinitas harian yang mencakup aktivitas yang mendukung pengembangan karakter, seperti membaca, berolahraga, atau meditasi. Kebiasaan baik ini tidak hanya membantu dalam mencapai kebajikan, tetapi juga menciptakan fondasi untuk hidup yang lebih bahagia.
9. Menghargai Proses
Terakhir, sangat penting bagi sarjana untuk menghargai proses dalam belajar. Dengan memahami bahwa kebahagiaan merupakan hasil dari perjalanan dan usaha yang terus-menerus, maka mereka dapat lebih sabar dan menikmati setiap langkah dalam pendidikan yang mereka jalani. Hal ini akan membantu mengurangi stress, kecemasan, dan tekanan serta meningkatkan kepuasan dalam menjalani kehidupan akademis.
10. Cari KeseimbanganÂ
Aristoteles menekankan pentingnya mesotes, yaitu keseimbangan antara dua ekstrem. Kebajikan bukan hanya tentang melakukan tindakan baik, tetapi juga tentang melakukannya dengan cara yang tepat, tanpa berlebihan atau kekurangan. Dengan demikian, seorang sarjana harus menjaga keseimbangan antara studi dan kehidupan pribadi, serta antara kerja keras dan istirahat. Contohnya, jika terlalu ambisius hingga mengabaikan moral, atau terlalu pasif sehingga tidak meraih potensi maksimal mereka.