Mohon tunggu...
Diyarilma Anggun Ratu Innayah
Diyarilma Anggun Ratu Innayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223010203

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E, Ak, M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Sarjana dan Menciptakan Etika Kebahagiaan Menurut Aristoteles

10 Oktober 2024   08:14 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penting untuk dicatat bahwa bagi Aristoteles, kebahagiaan bukanlah tujuan akhir, melainkan proses yang memerlukan usaha dan dedikasi sepanjang hidup. Ini berarti bahwa kebahagiaan bukan sesuatu yang dapat dicapai secara instan; melainkan, itu adalah hasil dari kebiasaan baik dan pengembangan karakter yang berkelanjutan. Dalam konteks akademis, hal ini tercermin dalam perjalanan pembelajaran dan pertumbuhan pribadi yang dialami seorang sarjana.

Why: Mengapa Etika Kebahagiaan Penting bagi Sarjana?

1. Memahami Tujuan Pendidikan

Salah satu pertanyaan mendasar yang perlu dijawab bagi para sarjana adalah: "Apa tujuan dari pendidikan?" Pendidikan seharusnya tidak hanya sebatas mengejar gelar atau memperoleh pengetahuan akademis, tetapi Aristoteles juga mengajarkan bahwa tujuan Pendidikan adalah untuk membentuk karakter dan mempersiapkan individu untuk hidup yang baik. Aristoteles menekankan bahwa pendidikan harus diarahkan pada pengembangan kebajikan, sehingga para sarjana dapat memahami dan mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi.

2. Menghadapi Tantangan

Perjalanan menuju gelar sarjana sering kali diwarnai dengan berbagai tantangan, seperti tekanan akademis, stres, dan kecemasan. Dengan memahami etika kebahagiaan Aristoteles, para sarjana dapat menghadapi tantangan ini dengan cara yang lebih konstruktif. Ketika mereka para sarjana fokus pada kebajikan dan proses pengembangan diri, mereka dapat melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, bukan sebagai hambatan.

3. Membangun Hubungan Sosial

Kebahagiaan dalam pandangan Aristoteles juga terkait erat dengan hubungan sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung menemukan kebahagiaan dalam interaksi dan hubungan dengan orang lain. Sarjana yang menerapkan etika kebahagiaan Aristoteles ini cenderung lebih mampu membangun hubungan yang sehat dan bermakna, baik dengan teman sebaya maupun dengan dosen dan mentor.

4. Menciptakan Kontribusi Positif pada Masyarakat

Etika kebahagiaan tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga menguntungkan bagi para masyarakat. Dengan mengejar kebajikan dan terus berusaha untuk hidup dengan baik, sarjana dapat memberikan kontribusi positif bagi komunitas mereka. Ini menciptakan siklus kebahagiaan yang lebih besar, di mana individu yang bahagia berkontribusi pada kebahagiaan orang lain.

5. Pembangunan Karakter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun