Mohon tunggu...
Diyan Muslikha
Diyan Muslikha Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Metodologi Studi Islam terhadap Makna Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

16 Oktober 2024   20:48 Diperbarui: 16 Oktober 2024   21:01 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendekatan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Melalui Pendekatan Antropologis

yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada praktik yang berlaku di masyarakat yang mencoba menghubungkan antara agama dan kehidupan manusia.
Seperti: 'kemanusiaan', dalam Islam diyakini sebagai bentuk suatu kepedulian, yang diartikan dalam bentuk aktivitas sosial yang saling membantu dan bekerja sama satu dengan yang lainnya. Rasa kemanusiaan harus dimiliki oleh setiap individu agar terjadi suatu keselarasan antara satu dengan yang lainnya

2. Pendekatan Sosiologis

yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada dampak agama pada perubahan sosial yang mempengaruhi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti: 'keadilan' dalam Islam berpegang pada tauhid dimana Yang Maha Pencipta menciptakan segala macam benda untuk kesejahteraan umat. Dari sini diketahui bahwa segala sesuatu sudah ada ketentuannya masing-masing, maka sebagai individu harus bisa menempatkan apapun sesuai dengan kesetaraan dan tidak adanya keberpihakan terhadap siapapun dan apapun itu.

3. Pendekatan Historis

yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada sejarah agama yang menjadi dasar dalam pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Misalnya dalam sejarah Islam telah di masa Nabi Muhammad Saw telah ada kemanusiaan,
nilai kemanusiaan yang dicontohkan dalam Nabi Muhammad Saw ketika di Madinah yakni mengatakan "Hari ini aku sucikan darahmu, hartamu, dan kehormatanmu dan setiap anak Adam (manusia) itu mulia dimana darah, harta dan kehormatan harus dilindungi." (Dwi, 2023).
Tidak hanya itu pada sila kedua juga muncul pertanyaan mengapa ada radikalisme? Hal ini karena lemahnya pemahaman bahwa setiap manusia apapun agamanya, apapun warna kulitnya sama mulia diciptakan untuk saling mengenal satu sama lain. Kesimpulan dari radikalisme menurut Yudi (Dwi, 2023) mengatakan bahwa radikalisme itu mencerminkan kemiskinan, baik kemiskinan pemahaman maupun kemiskinan kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun