Tahapan selanjutnya adalah menguasai inti dari DPA yang terbagi dalam Tiga Prinsip DPA yang di TK Regina Pacis disebut dengan “LOLILI” yaitu : Look – Listen – Link .
Look (Melihat), yaitu pemahaman atas Situasi (memastikan situasi yang dihadapi siswa dan resiko yang akan terjadi), melihat apakah ada Kebutuhan utama yang mendesak (menganalisa kebutuhan utama yang perlu dipenuhi saat itu juga), dan sekaligus mengamati Reaksi Stress (mengobservasi reaksi stress anak yang terlihat sebelum dan selama dukungan psikologis awal dilakukan).
Listen (Kemampuan Berkomunikasi), ada beberapa hal yang harus dipahami dalam melakukan komunikasi dalam Teknik DPA, antara lain :
Mutual Understanding, bahwa Komunikasi adalah proses dua arah;
Customized, bahwa setiap individu adalah unik, perlu pendekatan yang berbeda-beda;
Kebutuhan Dibalik Ucapan, bahwa tidak hanya konten kalimat, tetapi juga memahami emosi dan kebutuhan yang ada dibaliknya;
Verbal dan Non Verbal, bahwa bentuk komunikasi selain isi pembicaraan, juga termasuk gestur dan ekspresi;
Mendengar Aktif, bahwa tidak hanya mendengar apa yang disampaikan, tetapi juga secara aktif dapat “mendengarkan” perasaan, bahasa tubuh dan pesan non verbal yang ingin disampaikan oleh anak. Tujuannya adalah membuat anak merasa dipahami sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman karena merasa dimengerti;
Cara Mendengar Aktif, yaitu memberikan tanggapan yang singkat dan sesuai seperti anggukan kepala, respon yah, he-eh, oh. Merefleksikan isi dan perasaan dengan menggunakan bahasa sendiri di dalam menyimpulkan isi pembicaraan yang ditangkap kemudian mengkonfirmasikan, konfirmasi ini menjadi bagian yang penting. Kemudian menyimpulkan beberapa hal yang disampaikan, setelah pertemuan selesai;
Respon Empatik, berupa empati vs simpati, tanggapan yang diberikan bukan berupa nasihat, juga bukan memberikan motivasi, tetapi lebih kepada bagaimana menunjukkan bahwa kita memahami apa yang dirasakan anak.
Link (Menghubungkan), yaitu usaha untuk menangkap kebutuhan yang diperlukan untuk membantu mengatasi masalah psikologis dasar, termasuk memberikan edukasi dan informasi yang dibutuhkan anak, dan terakhir adalah menghubungkannya dengan layanan lanjutan yang diperlukan. Adapun akses layanan lanjutan yang dimaksud dapat berupa layanan medis (rumah sakit, klinik, obat-obatan p3k), layanan psikososial (konseling psikologi, psikoterapi, home visit, konseling pastoral), bantuan hukum (advokasi hak dan kewajiban, terutama ketika anak berhadapan demgan hukum), ataupun advokasi lembaga layanan lain (kolaborasi dengan lembaga terkait sesuai dengan kebutuhan).