"Apa?!" Sandrina berteriak tidak percaya.
"Dan anggap aja, tas itu hadiah dari hubungan terakhir kita."
Setelah mengucap kalimat putus pada Sandrina, Dafa berlalu dari hadapan gadis berambut panjang sebahu itu. Turun ke lantai bawah dengan eskalator. Sandrina yang tak percaya, diputuskan begitu saja, berteriak memanggil nama Dafa. Membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Dafa! Aku nggak terima!"
***
Mahyra menunggu Mahesa menyeleksi jawabannya di kertas. Ia sudah bersungguh-sungguh belajar sore ini, jadi sudah pasti akan mendapatkan hasil maksimal dari gurunya. Mahesa melirik sekilas Mahyra. Wajahnya yang serius membuatnya terlihat lucu. Gadis itu benar-benar menunggu hasilnya, seperti sedang ujian sekolah.
"Gimana, Kak?"
"Sabar, aku masih ngoreksi." Mahesa melanjutkan koreksinya. Setelah lima menit, ia selesai mengoreksi jawaban Mahyra.
"Gimana, Kak?" tanya Mahyra agak lesu karena menunggu lama. Tetiba ia merasa tidak yakin dengan hasilnya. Ia tahu, jika hasilnya jelek Mahesa akan mengulur waktu untuk mencari kata-lata yang tepat.
Mahesa tersenyum dan mengelus pucak kepala Mahyra.
"Selamat, ya. Dari dua puluh soal, salah satu," jelasnya.