"Ana?!" Rahma terkejut melihat teman SMA-nya itu di desanya. Lalu menghampiri Mariana. Begitu juga Mariana melangkah, mendekati Rahma.
"Kamu kok di sini?" tanya Rahma heran.
Mariana nyengir dan berkata, "Iya, aku bantu Bu Ira, buat ngejar tugas kuliah yabg ketinggalan."
"Oalah, hebat kamu, Na. Bisa kuliah."
"Biasa aja, Rahma. Kamu sibuk ...." Mariana menghentikan kalimatnya, saat menyadari perut buncit Rahma. "Kamu hamil?!" ucapnya terkejut.
"Biasa aja, Na. Nggak usah kaget gitu. Aku kan udah nikah," jelas Rahma pada teman SMA-nya itu.
"Kapan? Kok nggak ada kabar di grup alumni?"
Rahma nyengir. Ia memang tak mengabari apa pun di grup alumni. Ia merasa risi jika harus memberi kabar pernikahannya, sementara teman-temannya yang lain berkabar tentang kuliah dan pekerjaan mereka.
***
Mariana kembali mengamati rekapannya. Tidak ada satu pun nama Rahma di bukunya. Apa mungkin Rahma salah satu ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya? Mariana menepuk dahinya jika memang itu bedar adanya.
Ponsel Rahma berdering, ia segera mengangkat panggilan begitu tahu nama si penelpon.