Mohon tunggu...
Diva Syafa
Diva Syafa Mohon Tunggu... Tutor - Tutor Qanda

Saya suka meluapkan perasaan saya lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di KKN

19 Juni 2023   19:26 Diperbarui: 13 Mei 2024   16:07 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini aku akan berangkat KKN. Kami sudah survey beberapa bulan yang lalu. Aku KKN di Desa S Kabupaten B, sekitar 5 jam an dari kampusku yang berada di Kota P. Banyak hal yang harus dibenahi, mulai dari jembatan dekat mangrove yang hampir roboh, plang nama desa yang sudah tidak tampak lagi, dan lain sebagainya.

Sesampainya di Desa S kami gotong royong membersihkan rumah yang akan dijadikan posko KKN. Nggak ada yang aneh dari tempat KKNku. Semuanya berjalan baik-baik saja. Malamnya kami rapat untuk menjalankan proker (program kerja) selama 2 bulan KKN.

"Kita besok jalani proker ya Dek. Kita bagi-bagi tugas, ada yang ke kantor desa, ada yang ke SD, dan ada yang ke mangrove. Sorenya kita keliling desa sini buat mengakrabkan diri dengan warga desa sini!" ucap Kordes (Koordinator Desa) selaku ketua KKN kepada kita anggota KKN yang biasa dipanggil Bang Irwan.

"Baik Bang!" ucap kami nyaris serempak. Aku dan teman-temanku memang memanggil Abang kepada Bang Irwan karena dia paling tertua disini. Sebenarnya Bang Irwan senior kami, tetapi karena dia pengen ngambil jurusan lain, makanya dia jadi seangkatan sama kami.

Kami pun berembuk untuk menentukan siapa yang ke kantor desa, ke SD pertama, ke SD kedua, tinggal di posko, ke TK, dan ke mangrove. Karena kami beranggotakan 12 orang, kami bagi kelompok menjadi 6. Aku kelompok 1, sekelompok dengan Riki pergi ke kantor desa. Kelompok 2, yaitu  Rudi dan Putri pergi ke mangrove. Kelompok 3, yaitu Bang Irwan dan Lasmi pergi ke SD pertama. Kelompok 4, yaitu Adi dan Fida pergi ke SD ke dua. Kelompok 5 Jery dan Dita pergi ke TK. Sementara kelompok 6, yaitu Ima dan Silva tinggal di posko.

***

Keesokan harinya kami pun menjalankan tugas masing-masing. Aku  bergoncengan dengan Riki menggunakan motor. Sementara teman lainnya juga berangkat menggunakan motor. Seketika suasana mendadak hening karena aku canggung berboncengan dengan cowok yang baru dikenal. Riki pun memecahkan suasana.

"Tila tinggal dimana?" ucap Riki kepadaku diatas motor.

"Aku tinggal di Kota B, Kabupaten T, Provinsi S. Kalau Riki tinggalnya dimana?" ucapku kepada Riki.

"Wah seprovinsi dong kita. Bisalah main ke rumahnya Tila kapan-kapan kan? Eh sorry, aku becanda kok!" ucap Riki kepadaku.

"Iya Riki. Boleh aja kalau mau main ke rumahku. Kalau Riki tinggal dimana?" ucapku tertawa renyah kepada Riki.

"Aku tinggal di Kabupaten B. Kabupaten kita sebelahan ternyata. Aku cuma pengen main ke kampungnya Tila karena belum pernah kesana!" ucap Riki kepadaku.

Tak terasa aku sampai di Kantor Desa. Masih sepi karena terlalu pagi kesana dan aku melihat disekeliling Kantor Desa banyak tanaman yang layu.

"Riki banyak tanaman yang layu ya, bisa ditambahkan ke proker kita nih!" ucapku kepada Riki.  

"Iya Tila. Nanti kita siram aja, nanti kita izin sama pihak Kantor Desa!" ucap Riki kepadaku.

"Iya aku juga pikirnya begitu. Sekalian kita bilang mau bantu-bantu gitu di Kantor Desa!" ucapku kepada Riki.

"Tila, sorry aku ngomong gini, tapi jangan tersinggung ya. Aku perhatikan Tila canggung banget sama aku. Rileks aja, aku cowok baik-baik kok!" ucap Riki kepadaku yang PDnya diatas rata-rata.

"Kelihatan banget ya? Iya, aku canggung sama orang yang baru dikenal, tapi kalau udah kenal nggak canggung lagi kok. Iya deh, ini udah berusaha rileks kok Riki!" ucap Riki kepadaku.

"Iya, kelihatan banget. Kamu itu cantik tapi nggak usah canggung ya sama aku. Aku nggak gigit kok!" ucap Riki kepadaku.

"Ih dasar cowok kalau kenalan mujinya selangit. Coba kalau udah kenal, pasti dibilang jelek!" ucapku memutar bola mata malas kepada Riki.

"Hmmm... aku muji ikhlas kok. Emang kamu cantik. Diantara cewek-cewek KKN lainnya kamu yang paling cantik. Tanpa bedak dan lipstick pun tetap cantik. Belum pernah aku muji cewek seperti ini loh, Tila!" ucap Riki menatapku tajam.

"Apa jangan-jangan ke semua cewek kamu bilang gini Riki?" ucapku tertawa renyah kepada Riki.

"Aku bukan cowok seperti itu Tila. Jarang aku muji cewek, kecuali cewek yang apa adanya kayak kamu!" ucap Riki kepadaku.

Aku terdiam mendengar perkataan Riki. Belum pernah ada cowok yang bilang kepadaku seperti ini. Ada sih, tapi ya mereka cuma modus doang, nggak ada tulus-tulusnya.

Semakin hari kami semakin dekat, banyak teman yang bilang kami pacaran. Tapi kami bilang hanya sebatas teman. Walaupun dalam hatiku ingin mengungkapkan perasaanku, tapi hatiku berbisik nggak boleh cewek mulai duluan.

Di posko pun kami tidak menunjukkan kedekatan kami karena harus bisa menyesuaikan diri dengan teman yang lain. Anehnya setiap kegiatan dapat sekelompok terus, walaupun nggak cuma berdua. Setelah makan malam pun teman-teman menggodaku dan Riki.

"Riki kayaknya udah kepincut salah satu dari kita nih. Hmmm..." ucap Bang Irwan kepada Riki.

"Ah Abang bisa aja. Cuma teman kok Bang, sama kayak yang lain!" ucap Riki kepada Bang Irwan.

"Cuma teman kok beda gitu sih cara Riki ngeliat Tila sama ngeliat kami!" ucap Lasmi kepada Riki.

"Cuma teman kok Lasmi, sama kayak ke cowok yang lain!" ucapku kepada Lasmi.

"Gak percaya aku Tila, hati mana ada yang tau. Feeling aku mengatakan kalian lebih dari sekedar teman, ya kan guys?" ucap Lasmi kepada kami.

"Iya, betul. Jangan lama-lama Riki, nanti diambil orang lo. Lagian pemuda sini ada yang suka loh sama Tila, namanya Bang Jeremi. Sampai titip salam juga ke aku tadi!" ucap Adi kepada Riki.

"Apaan sih Adi. Lagian cuma teman kok. Kalau sama Tila tu nyambung aja ngobrolnya, lagian kami seprovinsi, makanya kelihatan dekat banget!" ucap Riki kepada Adi.

"Cuma titip salam doang kan? Oke, aku jawab Waalaikumussalam. Lagian paling Abang tu cuma modus doang karena ada anak KKN disini!" ucapku kepada Adi.

"Wiih Abang tu nggak ingat umur ya. Kayak nggak ada yang seumuran aja. Lagian disini cewek nggak cuma Tila aja, masih aja embat geb, eh maksudnya temanku!" ucap Riki keceplosan.

"Cemburu bro? Sampai keceplosan gitu. Jadi benar kan suka sama Tila?" tanya Adi kepada Riki.

"E-enggak kok. Aku bilang gitu cuma buat ngelindungi temanku doang, nggak bermaksud apa-apa kok!" ucap Riki terbata-bata kepada Adi.

"Hmmm... lain di mulut lain di hati. Terserah sih bro, tapi jangan sampai nyesal nanti kalau udah jadi milik orang lain!" ucap Adi kepada Riki.

"Kalian ngelantur aja ngomongnya. Aku tutup kuping deh!" ucapku kepada Riki dan Adi.

"Susah ngomong sama cewek polos kayak kamu Tila!" ucap Adi kepadaku.

"Udahlah kami cuma teman, titik!" ucap Riki kepada Adi.

***

Sebulan kemudian, Riki ternyata memiliki perasaan yang sama kepadaku. Riki menyatakan perasaannya dihadapan teman-temanku. Aku shock karena kami menyimpan perasaan yang sama dan takut perteman rusak hanya karena cinta. Riki memilih waktu yang tepat mengutarakan perasaannya saat semuanya bersantai di posko.

"Tila, aku mau ngomong sama kamu!" ucap Riki kepadaku.

"Ngomong aja, tiap hari kan ngobrol terus. Kok wajahnya serius amat!" ucapku kepada Riki.

"Kita kan udah lama temenan. Tiap hari bareng terus. Kamu selalu ada disaat suka dan duka. Awalnya biasa aja, tapi makin hari makin nyaman sama kamu. Aku jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama. Maaf aku baru jujur sekarang, soalnya teman-teman pada ngeledekin kita. Tapi makin hari, dadaku sesak dan ingin mengutarakannya. Baru hari ini aku berani menyatakannya. Tila mau nggak jadi pacar Riki?" tanya Riki kepadaku.

"Hah, jadi selama ini kamu ada perasaan sama aku Riki? Aku juga suka dan jatuh cinta pada pandangan pertama padamu, tapi aku nggak mau pacaran. Jika ingin menjalin hubungan serius denganku, datang ke rumah orangtuaku tapi beberapa tahun lagi karena dikamusku tidak ada pacaran. Maaf ya Riki, aku tidak bermaksud menolakmu karena cowok sejati tidak akan meminta cewek yang dicintainya pacaran. Jika bisa menunggu, maka kamu adalah pria sejati. Jika tidak, mungkin kita belum jodoh" ucapku kepada Riki.

"Oke Tila, aku paham karena kamu pernah curhat samaku masalah itu. Tapi kita masih bisa temenankan?" ucap Riki kepadaku.

"Bisa kok Riki. Kita memang teman sejak awal KKN dan sampai kapanpun kamu akan jadi temanku!" ucapku kepada Riki.

"Hmmm jadi suka sama suka nih ceritanya!" ucap teman-temanku nyaris serempak.

Kami pun tertunduk malu dengan ucapan mereka semua. Setelah Riki menembakku awalnya biasa saja, tapi beberapa hari setelahnya dia menjauh dariku. Tidak tau apa sebabnya. Biasanya selalu curhat kepadaku, sekarang tidak. Apa salahku? Apa karena aku tidak mau menjadi pacarnya. Tapi waktu Riki sudah mengerti, aku tak tau apa penyebabnya.

"Riki tunggu, aku mau ngomong!" ucapku kepada Riki.

"Mau ngomong apa? Aku tidak punya banyak waktu!" ucap Riki kepadaku.

"Riki, aku ini temanmu. Masa ngomong sama teman sendiri nggak ada waktu!" ucapku kepada Riki.

"Dulu iya, sekarang lebih baik kamu jauh-jauh deh dariku. Kamu secara tidak langsung menolakku dengan sifat sok alimmu itu. Lagian aku sudah punya pengganti yang jauh lebih baik darimu dan dia adalah salah satu diantara teman kita. Kami baru jadian tadi malam, aku nggak mau Putri cemburu gara-gara dekat sama kamu!" ucap Riki menatap tajam kearahku.

"Jadi kamu udah jadian sama Putri. Nggak papa, I'm fine, tapi untuk menjadi pun tidak boleh kah?" ucapku kepada Riki.

"Nggak Tila. Setelah aku pikir-pikir, mana ada cewek sama cowok cuma teman. Itu hanya kekonyolan belaka!" ucap Riki kepadaku.

"Jangan ganggu pacarku Tila. Jelas-jelas kamu yang sudah menolaknya secara halus dan sekarang kamu ingin Riki kembali seperti dulu kepadamu? Tila jauh-jauh dari Riki jika masih ingin melihat dunia!" ucap Putri kepadaku.

"Iya Putri, aku paham. Mulai sekarang aku akan menjauh dari Riki!" ucapku menahan air mataku agar tidak jatuh ke pipiku.

"Riki jangan gitu dong. Tila kan masih teman kita!" ucap teman-temanku nyaris serempak.

"Nggak papa guys. Aku paham kok, aku ke kamar mandi bentar ya!" ucapku kepada teman-temanku.

Aku sedih ternyata Riki sudah memiliki kekasih dan kekasihnya itu temanku sendiri. Aku menyesal karena cintaku pupus ditengah jalan. Aku akui memang cinta Riki tapi bukan jadi pacarnya. Cintaku datang terlambat karena aku baru menyadari ternyata aku sayang dan cinta sama Riki. Jika memang aku nanti berjodoh sama Riki, maka sejauh manapun dia pergi akan tetap jadi jodohku. Ini masih pacaran, jadi aku nggak boleh sedih karena jodoh itu ditangan Tuhan.

***

Sebulan kemudian, aku dan teman-temanku berangkat untuk pulang kembali ke kost masing-masing. Banyak pelajaran yang bisaku ambil dari KKN ini. Terimakasih karena telah menghadirkan cinta walau hanya sesaat, bukan salahmu Riki, tapi salahku yang terlambat menyesali cinta yang pernah ada dihatiku.

~END~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun