Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor - Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dua Dunia Pendidikan: Formal dan Nonformal

15 Juli 2024   14:42 Diperbarui: 15 Juli 2024   14:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Martha tersenyum lega. "Kamu benar. Aku akan mempertimbangkan opsi itu juga. Terima kasih, Dewi. Kamu benar-benar memberi banyak wawasan baru hari ini."

"Sama-sama, Martha. Yang terpenting adalah kita selalu berusaha untuk kebaikan anak-anak kita." Dewi merangkul sahabatnya dengan penuh kasih. Martha tersenyum dan membalas pelukan hangat Dewi.

"Dewi, aku jadi ingin tahu pendapatmu tentang taman baca yang saat ini banyak digaungkan. Menurutmu, apakah ini salah satu alternatif pendidikan nonformal?"

Dewi tertawa kecil. "Aaah, betul! Aku suka sekali melihat anak-anak antusias datang ke taman baca. Itu adalah pemandangan yang menggembirakan. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu dan minat yang besar. Taman baca bisa menjadi salah satu alternatif pendidikan nonformal yang sangat baik, karena menyediakan lingkungan yang santai dan mendukung untuk anak-anak. Bahkan ada beberapa taman baca yang melakukan kegiatan interaktif seperti sesi bercerita, klub buku, dan lomba membaca."

"Duh!" keluh Martha, tiba-tiba teringat sesuatu. "Sayangnya, di daerahku tidak ada taman baca. Pengen banget ada taman baca biar anak-anak semakin tertarik untuk membaca. Bisa tidak, sih, kita membuka taman baca tanpa harus mengeluarkan banyak biaya?"

Dewi merenung sejenak sebelum menjawab. "Ada beberapa solusi yang bisa kita coba, Martha. Misalnya, kita bisa bekerjasama dengan komunitas lokal untuk mengumpulkan buku yang sudah tidak terpakai. Kita bisa mengadakan kampanye donasi buku di lingkungan sekitar. Jangan lupa, libatkan tokoh masyarakat atau pemuda yang aktif."

"ide bagus! Tapi bagaimana dengan tempatnya? Aku tidak punya ruang khusus untuk itu."

"Manfaatkan ruang publik yang sudah ada, seperti balai desa, aula, atau ruang serbaguna di lingkungan kita. Itu bisa menjadi tempat sementara untuk taman baca," sahut Dewi.

"Benar juga," jawab Martha. "Lalu, bagaimana jika kita tidak bisa selalu menyediakan buku baru?"

"Kerja sama dengan sekolah-sekolah di sekitar agar mereka mau meminjamkan sebagian koleksi bukunya pada waktu-waktu tertentu."

Martha tersenyum lebar. "Ide yang brilian, Dewi. Jadi, kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun