Awal tahun 2022.
Kesabaran kami-para lulusan tahap 1- lalu diuji dengan proses pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH). Kami harus mengikuti serangkaian tes demi dinyatakan sehat jasmani dan rohani.
Hal lucu yang saya temui saat mengikuti tes kesehatan adalah fakta bahwa yang mengantri bukan lagi manusia, melainkan botol minuman, pinsil, kertas atau berbagai barang lainnya.Â
Kreatif memang. Antrian menjadi lebih pendek dan tidak padat karena sang empunya bisa mencari posisi nyaman di sekitaran untuk sekedar mengistirahatkan badan, berdiskusi atau hal lainnya.
Kami harus rela menempuh ujian kesabaran lagi. Satu per satu dari kami kemudian mendengar, melihat dan atau membaca kabar bahwa rekan-rekan PPPK Guru di wilayah lain sudah mendapat SK.
Syukurlah hujan masih sering turun kala itu. Setidaknya suasana sejuk membuat hati kami tak terlampau terbakar api cemburu.
Saya sendiri sadar, menyiapkan SK untuk 1.044 orang itu tentu bukan hal yang bisa selesai dalam waktu semalam. Urusan ini tak bisa disamakan dengan kisah Bandung Bondowoso pun Sangkuriang yang sampai harus melibatkan makhluk halus demi mempercepat pekerjaan mereka, bukan?
Ah, saya malah jadi membayangkan ke-"riweuh"-an yang pernah saya alami saat harus menyiapkan sertifikat di berbagai kegiatan. 100-150 peserta saja sudah riweuh, apalagi 1.000? Jadi, terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat hingga SK PPPK ini akhirnya bisa kami terima.
Pesan Para Kepala
Sebetulnya saya tidak banyak menyerap pesan-pesan yang disampaikan para kepala (BKPSDM, Dinas Pendidikan dan Bupati) karena masalah teknis: suara pembicara yang timbul tenggelam (sayangnya lebih sering tenggelam).