Oleh : Ditta Widya Utami
Guru di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang
Lulusan PPPK Guru Tahap 1
Pengajar Praktik PGP Angkatan 3
Jumat, 27 Mei 2022
1.044 guru yang lulus seleksi tahap 1 PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) di Kabupaten Subang akhirnya resmi mendapat surat keputusan (SK) bupati. Penyerahan SK dilakukan serentak di enam titik yang berbeda: Aula Pemda, Aula PGRI Kabupaten, Puri Kitri Kwarcab Subang, Aula SMPN 1 Subang, Aula SMKN 1 Subang dan Aula SMKN 2 Subang. Saya sendiri mendapat bagian di SMKN 2 Subang.
Melirik ke KBBI, kata emosi memiliki arti 1) luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; 2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif); 3) cak marah.
Bila ditanya bagaimana rasanya saat menerima SK PPPK, saya tak tahu harus jawab apa. Sesaat sebelum acara dimulai, sekelebat bayangan terkait perjuangan untuk bisa sampai di titik ini tiba-tiba saja melintas di dalam kepala. Menghadirkan berbagai perasaan yang membuat saya menunduk demi menahan sekelompok air yang hendak kabur di pelupuk mata.
Sekilas Memori
Saya masih ingat betapa sedihnya saya pascaseleksi tahap 1 selesai dilaksanakan. Pasalnya, jumlah guru yang mampu melewati passing grade sangat sangat sedikit. Meski saya termasuk dalam posisi aman saat itu, namun saya sedih melihat teman-teman seperjuangan yang belum lulus bahkan walau sudah ditambah afirmasi.
Banyak artikel berseliweran, banyak audiensi dilakukan. Saya termasuk yang menyuarakan lewat tulisan: Turunkan Passing Grade PPPK (baca  di sini) berharap pemerintah memberi kebijakan baru.
Akhirnya, jadwal pengumuman digeser ke waktu yang belum tentu. Hal itu demi memberi ruang pada para pemangku kebijakan untuk berdiskusi lebih lanjut. Menentukan kebijakan terbaik yang bisa dibuat oleh makhluk bertitel manusia.
Rasa bahagia menjalar ke seluruh tubuh ketika saya mendapat kabar adanya kebijakan baru terkait kelulusan tahap 1. Syukurlah. Kurang lebih 1/3 kuota PPPK Guru di Kabupaten Subang telah terpenuhi.
Awal tahun 2022.
Kesabaran kami-para lulusan tahap 1- lalu diuji dengan proses pengisian Daftar Riwayat Hidup (DRH). Kami harus mengikuti serangkaian tes demi dinyatakan sehat jasmani dan rohani.
Hal lucu yang saya temui saat mengikuti tes kesehatan adalah fakta bahwa yang mengantri bukan lagi manusia, melainkan botol minuman, pinsil, kertas atau berbagai barang lainnya.Â
Kreatif memang. Antrian menjadi lebih pendek dan tidak padat karena sang empunya bisa mencari posisi nyaman di sekitaran untuk sekedar mengistirahatkan badan, berdiskusi atau hal lainnya.
Kami harus rela menempuh ujian kesabaran lagi. Satu per satu dari kami kemudian mendengar, melihat dan atau membaca kabar bahwa rekan-rekan PPPK Guru di wilayah lain sudah mendapat SK.
Syukurlah hujan masih sering turun kala itu. Setidaknya suasana sejuk membuat hati kami tak terlampau terbakar api cemburu.
Saya sendiri sadar, menyiapkan SK untuk 1.044 orang itu tentu bukan hal yang bisa selesai dalam waktu semalam. Urusan ini tak bisa disamakan dengan kisah Bandung Bondowoso pun Sangkuriang yang sampai harus melibatkan makhluk halus demi mempercepat pekerjaan mereka, bukan?
Ah, saya malah jadi membayangkan ke-"riweuh"-an yang pernah saya alami saat harus menyiapkan sertifikat di berbagai kegiatan. 100-150 peserta saja sudah riweuh, apalagi 1.000? Jadi, terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat hingga SK PPPK ini akhirnya bisa kami terima.
Pesan Para Kepala
Sebetulnya saya tidak banyak menyerap pesan-pesan yang disampaikan para kepala (BKPSDM, Dinas Pendidikan dan Bupati) karena masalah teknis: suara pembicara yang timbul tenggelam (sayangnya lebih sering tenggelam).
Selain di Aula Pemda, para lulusan menyaksikan amanat para kepala melalui virtual meeting. Dua buah layar besar disiapkan di kiri kanan panggung. Menampilkan adegan demi adegan yang terjadi di Aula Pemda, tempat dimana Pak Bupati menyerahkan langsung SK kepada PPPK Guru secara simbolis.
Masalah teknis pada saat menyaksikan layar lebar yang menampilkan proyeksi pembicara, membuat saya menerka apa kiranya yang diucapkan. Meski demikian ada beberapa hal yang saya tangkap (semoga saja tak salah tangkap).
Pak Cecep selaku Kepala BKPSDM Subang menyampaikan laporan terkait SK. Beliau juga menyampaikan seluruh proses mendapatkan SK dan kontrak PPPK Guru tidak dipungut biaya apapun alias 0 rupiah. Sontak ruangan riuh dengan suara tepuk tangan.
Pak Kadis mengamanati kami agar berprestasi, berdedikasi dan loyal terhadap Subang (khususnya) dengan semangat baru sebagai PPPK. Beliau secara khusus mengucapkan selamat kepada para Calon Guru Penggerak (CGP) yang juga lulus PPPK. "Prestasinya sudah bertambah", ujar beliau.
Tak lupa Pak Kadis mengucapkan terima kasih kepada Pak Bupati karena telah menyetujui jumlah formasi PPPK Guru di Subang yang menembus angka di atas 3.000. Jumlah yang fantastis tentu, mengingat ada beberapa kepala daerah yang khawatir sehingga enggan menyetujui kecuali sedikit saja.
Terakhir (dan ini yang dirasa paling berat oleh saya) adalah pesan Pak Bupati. Beliau mewanti-wanti kami agar mengingat pesan yang disampaikan Kepala BKPSDM dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Beliau lalu menutup amanatnya dengan mengatakan, "Selamat bertugas. Semoga Allah meridai."
Ya ... tugas dan amanah baru telah berada di pundak. Semoga kami mampu menempa diri menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik lagi dan profesional. Aamiin.
Note:
Berdasarkan informasi yang saya terima dari Pak Agus (Wakasek Kesiswaan di SMPN 1 Cipeundeuy yang turut mengantar), di tempat saya menerima SK, ada guru yang masa kerjanya tinggal 8 bulan lagi. Subhanallah ....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI