"Buang saja rasa penasaran itu, Dek. Takut juga kalau terjadi apa-apa," ujar Ibu Siti sambil menggelengkan kepala.
"Iya, Bu," jawabku, meskipun rasa penasaran itu masih ada.
Ibu itu pun mengajakku pulang bersama, karena langit sudah gelap dan malam segera tiba. Ibu itu sudah tahu kalau di malam hari, dua pohon itu tidak beres dan penuh dengan hal-hal gaib.
"Ayo, Dek. Bareng Ibu Siti saja, biar ada teman. Soalnya hari sudah mau gelap," ajak Ibu Siti sambil menarik tanganku pelan.
"Iya, Bu." Aku pun mengiyakan dengan sedikit ragu.
Ibu Siti yang baru pulang dari bekerja sebagai guru sekolah.
Di sepanjang jalan, aku semakin penasaran dengan dua pohon kembar itu, dan aku ingin menanyakan soal rasa penasaran itu kepada Ibu Siti.
"Oh ya, Bu, kenapa orang-orang bilang pohon itu angker?" tanyaku, mengingat perasaan aneh yang terus menghantuiku.
Ibu Siti menoleh padaku dan tersenyum samar. "Oh, itu... banyak yang bilang begitu, tapi sebenarnya cerita di baliknya cukup menyeramkan, Dek."
"Oh, jadi ada cerita di balik pohon itu?" Aku mendengarkan dengan seksama, sedikit terkejut.
"Ya, ada," jawab Ibu Siti pelan. "Tapi lebih baik kalau kamu tidak terlalu penasaran."