Mohon tunggu...
Dita Magdalena
Dita Magdalena Mohon Tunggu... Lainnya - Yang terasa singkat semoga lebih bermakna

@ditamagdalena_

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyesallah Sampai Kau Mati

4 Agustus 2021   12:03 Diperbarui: 4 Agustus 2021   12:59 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration: https://www.pexels.com/search/lonely

"Lihat dia sudah sadar!"

"Apa kau baik baik saja?"

Samar samar suara itu semakin terdengar jelas. Bara dapat merasakan nada khawatir di setiap kalimat yang keluar dari mulut orang orang yang menanyakan keadaannya.

Anehnya, Bara tidak mengenali wajah-wajah yang kini memandangi dirinya dengan tatapan sendu tersebut. Ia kembali melihat sekeliling, berharap ada satu wajah yang familiar dimatanya. Seseorang masuk dan Bara menghentikan pencariannya.

"Sedang apa kita disini? Kalian semua ini siapa?" tanya Bara perlahan yang masih bingung dengan segala situasi yang terjadi hingga dirinya berada di sebuah tempat asing.

"Kamu benar-benar tidak mengingat apapun? Ini aku, Anaya!" tanya sedikit meninggi menatap kedua bola mata Bara.

Bara terdiam. Di tatapnya perempuan pemilik sepasang bola mata berwarna cokelat itu lekat-lekat. Cukup lama sampai akhirnya ia yakin, bahwa dirinya kenal sekali dengan tatapan ini. Sentuhan tangan perempuan dihadapannya ini bukanlah sesuatu yang asing.

"Maafkan aku Anaya" ucap Bara lagi. "Tapi apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bara pada Anaya yang kini sedikit tersenyum ke arahnya mendengar laki laki itu menyebutkan namanya.

"Baginda Raja tiba-tiba saja mengeluarkan titah agar pihak kerajaan memburumu" jawab Anaya jujur dengan nada mengantung, berharap Bara masih memiliki sedikit ingatannya.

Anaya kembali menatap Bara. Laki laki itu tengah berusaha mengingat kejadiannya, namun semuanya sia-sia. Hingga akhirnya Bara menyerah dan mengenggam tangan Anaya berharap kelanjutannya. Namun gadis itu langsung menundukkan kepalanya, tidak berani menjawab.

"Baginda melihat silsilah keluargamu, keahlian pedang dan pengalaman perang yang kau miliki, Ia menduga bahwa sebentar lagi kau akan melakukan pemberontakan di istana". Suasana hening dipatahkan oleh jawaban seorang ibu-ibu yang sedari tadi duduk disebelah Anaya.

Dengan cepat Bara menyangkal semua tuduhan yang Raja arahkan padanya. Dirinya tidak mungkin berniat melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya hingga harus diburu pihak kerajaan apalagi melakukan pemberontakkan.

Berpikir berulang kali pun, Bara tetap teguh pada pendiriannya. Gadis yang ada dihadapannya juga percaya bahwa dirinya tidak mungkin melakukan itu dan Raja telah mengeluarkan dugaan tidak berdasar.

"Dugaan Baginda Raja membahayakan nyawamu, bersembunyilah disini hingga ia menurunkan titahnya untuk membunuhmu" sambung ibu itu lagi, dan langsung pergi meninggalkan mereka.

Mendengar hal itu, semakin panaslah hati Bara. Ia tidak habis pikir kenapa Raja harus mengeluarkan titah itu daripada bertanya baik-baik untuk sesuatu yang tidak mungkin akan ia lakukan.

"Jika ia memang menduga pemberontakan, maka akan ku lakukan" ucap Bara dengan tekad yang bulat. Ia sungguh menyesali tindakan sang Raja yang menyebabkan ia harus merasakan hal-hal menyakitkan sampai sampai kehilangan ingatannya.

Anaya tidak sanggup menghentikan laki-laki itu. Ia dengan jelas melihat raut kecewa dan marah Bara menjadi satu. Gadis itu hanya terdiam, ia akan mencoba menghentikan Bara jika dia sudah tenang.

Dua minggu sudah terlewati. Bara sudah merasa lebih baik dan kini tengah berlatih bela diri yang ia kuasai. Kemampuan Bara sangat luar biasa, dengan lincah ia menggerakan tubuhnya dari satu gerakan ke gerakan lainnya.

Beberapa waktu kemudian, laki-laki itu sudah merasa siap. Kondisinya benar-benar sehat dan kini ia sudah bersiap untuk berangkat ke pusat istana. Tidak ada celah untuk berubah pikiran, bahkan usaha Anaya untuk membujuknya pun tidak sekalipun ia dengarkan.

"Biarkan beberapa orang diantara kami ikut denganmu Bara, kami akan membantu jika sewaktu-waktu nyawamu dalam bahaya"terdengar suara pria dari arah belakang Bara yang ia kenali sebagai pemimpin di daerah tersebut.

Bara tidak menolak, ia juga berpikir bahwa dirinya tidak mungkin melakukan ini sendirian. Setelah persiapan dirasa cukup, dengan busana serba hitam berangkatlah mereka semua menuju istana sesuai dengan rute yang telah ditentukan.

Perjalanan yang mereka tempuh tidak menemui banyak kendala. Hingga sampailah mereka di dekat gerbang istana. Jumlah mereka tidak lebih 10 orang, sehingga mudah bagi mereka bersembunyi di semak semak sekitar istana tanpa dicurigai penjaga.

"Kami akan melumpuhkan penjaga disekitaran gerbang ini, agar para penjaga yang ada di dalam berlari keluar. Saat kami memberi tanda, masuklah ke dalam ke arah kamar Raja. Karena ini sudah larut, dia pasti ada di sana" Bara mengangguk mengerti, salah satu dari mereka menjelaskan denah rute di dalam istana.

Rombongan Bara pergi dan mulai menjatuhkan satu persatu para penjaga, dan hal tersebut membuat para penjaga lainnya keluar. Setelah Bara melihat tanda dari mereka, ia bergegas masuk ke dalam istana.

Jumlah penjaga yang sedikit memudahkan pencarian Bara. Dan sekarang, laki-laki itu telah berdiri di depan pintu kamar Raja setelah diam-diam melumpuhkan dua penjaga di sana.

Bara membuka pintu itu perlahan. Ia melihat Raja sedang tertidur dengan lelap hingga tidak menyadari keberadaannya. Setelah yakin, laki-laki itu mengeluarkan keris yang telah ia siapkan dibalik punggungnya dan langsung menusuk daerah jantung raja.

Raja yang tidak mengetahui keberadaan Bara hanya bisa terkejut melihat sebuah keris yang sudah menancap di jantungnya. Sadar bahwa ia sudah tidak bisa melawan, ia hanya berusaha melihat sosok yang telah melakukan hal tersebut kepadanya.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?" tanya Bara setengah marah dan setengah puas, ia mendekati Raja yang sudah sekarat itu. "Sekarang terimalah ganjaranmu!" ucap Bara lagi dengan penuh penekanan.

"Jadilah raja yang baik, kakak" balas raja itu kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Bara terkejut, cerita apa lagi ini? Kenapa raja menyebutnya kakak? Ia tidak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi. Laki-laki itu menatap kembali wajah pemuda yang telah ia tusuk jantungnya. Raut wajah pemuda itu sedikit tidak asing baginya, namun siapa?

"Hormat kepada Baginda Rajaa" teriak seorang perempuan yang tentu saja tidal asing di telingga Bara. Ia mengenali suara itu, suara Anaya.

"Bagaimana rasanya membunuh adikmu sendiri, Baginda Raja? tanya gadis itu pada Bara. Kini laki-laki merasa ada yang tidak beres, tapi ia tidak tau apa.

"Sebelum menjawab biarkan aku menceritakan suatu kisah yang harus Baginda Raja dengarkan" ucap Anaya lagi dengan nada sinis. Gadis itu menceritakan semuanya dari awal.

Selama ini bukan kerajaan yang ingin memburu Bara. Peristiwa kejar-kejaran waktu itu hingga laki-laki itu kehilangan ingatan semuanya adalah tindakan rombongan Anaya. Ia yang sedang mengunjungi sebuah desa sebagai tugas pertamanya sebagai seorang raja, tiba-tiba mendapatkan serangan di hutan dan berakhir di daerah asing tanpa ingatan. Semuanya hanya cerita karangan gadis itu.

"Hanya karena aku menolak lamaranmu, bisa-bisanya kau menuduh keluargaku melakukan pemberontakan, dan membunuh mereka" pekik Anaya kuat, mengeluarkan semua emosi yang ia pendam akibat perbuatan kekanak-kanakan seorang Raja.

Bara terdiam, ia mengingat semuanya. Bagaimana awal dan akhir pertemuannya dengan Anaya, gadis yang menjadi teman kecilnya sekaligus gadis yang menolak lamarannya. Ia yang tidak terima penolakkan menganggap itu sebagai pemberontakkan dan membunuh keluarga Anaya.

Sebagai balasan atas tindakannya di masa lalu, kini ia membunuh adiknya sendiri tanpa ragu dengan penuh keyakinan. Kata-kata terakhir Anaya sebelum pergi meninggalkan istana masih berputar-putar di kepalanya.

"Terimalah ganjaranmu, Baginda Raja!"

"Menyesallah sampai kau mati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun