Mohon tunggu...
Dita Wahyuni
Dita Wahyuni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perempuan

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Work From Home (WFH) saat Pandemi Covid-19 Picu Stres Kerja dan Masalah Mental

28 Mei 2021   22:44 Diperbarui: 28 Mei 2021   23:09 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah benar Work From Home (WFH) saat pandemi Covid 19 picu stress kerja dan masalah mental? Pengaruh pandemi Covid-19 secara nyata memang terasa oleh masyarakat di seluruh dunia. 

World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa covid-19 sebagai wabah penyakit coronavirus terbaru pada Public Emergency of International Concern (PHEIC) pada bulan maret 2020 Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi. 

Covid-19 merupakan penyakit pneumonia jenis baru yang muncul dan dilaporkan sejak akhir bulan Desember 2019 di Kota Wuhan, China dan telah menyebar dengan cepat ke Negara lain diseluruh dunia. 

Sejak meningkatnya kasus positif yang terinfeksi covid-19, sesuai dengan anjuran World Health Organization (WHO) banyak Negara mulai menetapkan protokol Covid-19 yang telah dibuat dianataranya adalah mencuci tangan, tidak berkumpul dikeramaian atau melakukan pertemuan dimanapun, membatasi diri untuk tidak keluar rumah, menjaga jarak aman, bahkan dilakukan langkah isolasi mandiri perorangan, kelompok masyarakat bahkan seluruh penduduk kota mulai melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB. 

Selain itu,  pemberlakuan kebijakan-kebijakan pada berbagai bidang salah satunya pekerjaan pada sektor swasta atau pegawai pemeritah untuk mengadopsi gaya baru yakni bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home) (Alifah, 2021; Susanti et al., 2021).

Di Indonesia sebanyak 51.427 kasus dengan kematian 2.683 orang (CFR 5,2%). Dilansir dari laman resmi Kementrian Kesehatan, pandemi Covid-19 ini telah menyebar luar ke 41 negara di belahan dunia. Dengan korban terinfeksi mencapai 81.109 orang dengan korban meninggal terus bertambah mencapai 2.761 orang di seluruh dunia. 

Kehadiran wabah pandemi Covid-19 tentunya banyak memberikan beberapa dampak dan pengaruh yang tidak biasa. Dampak yang ditimbukan pada saat pandemi sangat luas bukan hanya dampak yang terjadi pada kesehatan fisik, namun kondisi psikologis individu dan masyarkat juga berpengaruh.  (Nurfadillah et al., 2021; Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah terus digencarkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut diambil dalam kondisi darurat pandemic Covid-19 yang jumlah kasusnya terus bertambah. Sehingga untuk mengurangi potensi penyebaran Covid-19 kebijakan tersebut tepat, meski dalam perjalannya menimbulkan masalah baru bagi kalangan masyarakat, baik pelajar, pekerja atau karyawan dan seluruh rakyat oleh karena itu harus dilakukan di rumah atau Work From Home (WFH). 

Work From Home (WFH) merupakan merupakan kegiatan bekerja yang dilakukan secara jarak jauh, biasanya banyak dilakukan secara jarak jauh, dan dilakukan dirumah. 

Pada saat pandemic perlu penyesuaian dari pekerja karena tela terjadi perubahan dalam kultur bekerja. Dampak positif yang terjadi karena Work From Home (WFH) adalah masyarakat lebih memperhatikan kesehatan, hubungan keluarga yang semakin dekat, dan munculnya aktivitas-aktivitas baru yang produktif dan hemat, meningkatkan literasi pemanfaatan IT dan lain-lain. Sedangkan dampak negative yang ditimbulkan adalah stress, masalah kesehatan mental dan lain-lain (Moh, 2020; Susanti et al., 2021).

Berdasarkan data survey Sosial Demografi Dampak Covid-19 sebanyak 39,09% karyawan bekerja dari rumah secara penuh, bekerja dari rumah tetapi masih diselingi dengan jadwal masuk kantor dan sisanya masuk seperti biasa sebanyak 7,07% serta 19,06% merupakan pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dirumah. 

Data lain dari survey dampak darurat Covid-19 terhadap karyawan oleh P2 kependudukan & LD-UI juga menunjukan bahwa karyawan bekerja dari rumah mencapai 51% sejak ditetpakannya himbauan (Alifah, 2021). 

Bekerja di tengah-tengah perhatian media dan public yang intens, durasi kerja cenderung panjang, masif, dan mungkin belum pernah terjadi sebelumnya pada pekerja baik di sektor swasta atau pemerintahan. Hal ini memicu terjadinya efek psikologis negative termasuk gangguan emosional, depresi, stres, suasana hati rendah, lekas marah, serangan panik dan sebagainya (Mualim & Adeko, 2020).

Menurut kamus Oxford stres diartikan dengan preasurre or wory caused by the problems in somebody’s life atau tekanan yang disebabkan oleh masalah dalam hidup seseorang. 

Menurut para ahli stres kerja merupakan suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja. Dimasa pandemi Covid-19 pekerja beraktivitas dari rumah (WFH). Semua kantor, tempat usaha termasuk pabrik tutup. 

Stress kerja pada masa pandemic Covid-19 ini disebabkan social distancing yang mengakibatkan aktivitas masyarakat berkurang yang berdampak pada menurunnya produktivitas. 

Produktivitas pada dasarnya menjadi suatu yang krusial karena menumbuhkan harapan untuk ketercapaian target kerja yang telah ditetapkan secra efisien. Ada beberapa kategori yang berpotensi pemicu Dalam stress kerja seperti lingkungan kerja, perubahan lingkungan kerja yang biasanya Work From Office (WFO) menjadi Work From Home (WFH) serta perpaduan antar keduanya menjadikan kkerja tidak optimal yang terjadi, kemudian ketidakpastian politik juga memicu stress kerja diantara karyawan karena kebijakan Work  From Home(WFH) yang diambil pemerintah berisiko pada perkembangan ekonomi. akan tetapi kesehatan yag buruk mengakibatkan orang tidak produktif dan membebani ekonomi, oleh karena itu faktor kesehatan diutamakan meskipun bidang ekonomi tetap dijalankandengan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin (Moh, 2020; Susanti et al., 2021).

Selanjutnya adanya perubahan teknologi juga merupakan pemicu stress kerja karena inovasi-inovasi baru yang dapat membuat bentuk inovasi teknologi lain yang serupa merupakan ancaman bagi banyak orang dan memicu stres. Pada masa pandemic Covid-19 perusahaan yang bergerak di bidang IT mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sementara karyawan dituntut lebih melek dan menguasai pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. 

Hal ini memberikan tekanan dan dampak negative bagi kesehatan mental. Kesehatan mental memiliki peranan yang cukup penting untuk memaksimalkan kesehatan setiap individu. Gangguan mental emosional merupakan keadaan yang mengindikasikan individu yang mengalami perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terus berlanjut (Moh, 2020; Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Banyaknya orang yang mengalami permasalahan kesehatan mental akibat pandemi covid-19 sangat dipahami mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stress baru bagi masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi mental sejak pandemic seperti faktor jarak dan isolasi sosial akan menciptakan tekanan emosional yang serius, resesi ekonomi akibat Covid-19 telah memicu krisis ekonomi global. Faktor lainnya adalah masalah sosial dan budaya masyarakat ketika pshycal distancing. (Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Sejak pandemi banyak terjadi perubahan secara tiba-tiba, membuat masyarakat sulit beradaptasi dan menyebabkan stress hingga trauma. Masalah mental terjadi karena adanya tekanan psikologis yang muncul secara bertahap yang dimulai dari kecemasan, kemudian gejala depresi, gejala stress dan sebagainya. Stress kerja selama pandemic Covid-19 dapat menyebabkan masalah mental karena para pekerja dituntut untuk bekerja dari rumah Work From Home (WFH) sehingga dapat dipengaruhi oleh banyak hal seperti jam kerja, lingkungan kerja dan sebagainya. 

Oleh karena itu perlu adanya manajemen stress pada saat pandemic Covid-19 dimana bertujuan untuk mengatasi stress. Pada dasarnya stress dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosi seseorang. Maka dari itu penting bagi setiap orang untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengatasi srtes. Menurut Lazzarus dan Folkam, coping stress merupakan suatu proses dimana individu mencoba mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan dengan sumber daya yang ada (Moh, 2020; Setyaningrum & Yanuarita, 2020).

Dengan demikian stress dapat diatasi dengan melakukan transkasi dengan lingkungan dimana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis. 

Coping stress terbagi menjadi dua pertama emotion-focused coping, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan ini melalui prilaku individu. Kedua, problem-focused coping dimana indvidu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru. Selain itu, masalah mental juga perlu dikendalikan karna pada dasarnya kesehatan mental merupakan suatu kondisi kesejahteraan dimana seseorang menyadari kemampuannya, dapat mengatasi masalah, dan tekanan serta mampu bekerja secara produktif yang memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Referensi

Alifah, A. (2021). Efek mediasi work-family conflict terhadap stres kerja pada ibu bekerja di rumah selama pandemi covid-19. Jurnal Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen, 11(1), 1–16. https://doi.org/10.37932/j.e.v11i1.171

Moh, M. (2020). Manajemen stress pada masa pandemi covid-19. Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), 192–201.

Mualim, M., & Adeko, R. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pekerja bagian dryer pt. bukit angkasa makmur (Bam) Di kabupaten bengkulu tengah. Journal of Nursing and Public Health, 8(1), 79–86. https://doi.org/10.37676/jnph.v8i1.1017

Nurfadillah, Rosyidah, A., & Saldy, Y. (2021). Gambaran faktor yang mempengaruhi kesehatan mental perawat pada masa pandemi covid-19. Jurnal Keperawatan, 13(1), 213–226.

Setyaningrum, W., & Yanuarita, H. A. (2020). Pengaruh Covid-19 terhadap kesehatan mental masyarakat di kota malang. Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 4(4), 7. http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/view/1580/1392

Susanti, R., Amelia, D. T., Damaiyana, F., & Bernadine, O. R. (2021). Produktivitas kerja saat work from home (WFH) dan work from office (WFO) pada dosen fkm universitas mulawarman di masa pandemi covid-19. JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat, 13(1), 28–33. https://doi.org/10.52022/jikm.v13i1.172

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun