Judul tayangan Kick Andy edisi 28 September 2012 tersebut mengundang perhatian saya untuk mengikutinya hingga akhir. Dan sungguh, menyaksikannya membuat hati saya sesak oleh berbagai rasa ; trenyuh, iba, haru, sedih, pilu yang bercampur aduk menjadi satu.
Saya ingin menuliskankannya di sini sekedar membagikannya untuk Anda yang mungkin tidak sempat mengikuti tayangan itu. Berharap Anda berkenan menonton rekaman Kick Andy tersebut melalui youtube yang akan memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan kita semua. Untuk sebuah rasa kepedulian dan penghargaan pada sesama.
SKIZOFRENIA adalah sejenis nama penyakit yang terdengar asing bagi saya, dan mungkin juga bagi sebagian orang lainnya. Pengidap skizofrenia inilah yang kerap orang menyebutnya sebagai orang gila, edan, hilang akal ataupun depresi berat. Penyakit dimana bagi sebagian orang mungkin menakutkan, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai sebuah aib diri dan keluarga
Profil-profil yang hadir sebagai nara sumber di bawah ini adalah mereka yang pernah terkena penyakit psikis tersebut. Sebagian telah lolos dari ujian maha berat itu. Dan ada juga yang belum sembuh , namun telah dapat berdamai dengan penyakit tersebut dengan berbagai aktifitas hobby yang dimiliki.
Hana Al Fikih
Gadis cantik berambut panjang ini adalah mahasiswi jurusan periklanan di Jakarta.
Ia mengaku mengidap Skizofrenia sedari duduk di bangku SD, namun puncaknya adalah ketika ia duduk di bangku SMP.
Hana yang memang hobby melukis, tiba-tiba merasa didatangi oleh bayangan hitam yang menakutkan. Ia juga mulai mendengar suara-suara aneh yang mengejek dan mencemoohnya. Di lain waktu ia merasa sedang diintai, sehingga ketakutan yang amat sangat datang seketika. Ia merasa hidupnya sering terancam dan jatuh ke dalam perasaan putus asa.
Ia seperti merasa memiliki 2 kepribadian yang kontradiktif. Sering tanpa sebab yang jelas tiba-tiba ia merasa menjadi pribadi yang rapuh. Kesedihan luar biasa yang melanda tanpa sebab sehingga membuatnya menangis sejadi-jadinya dan berteriak histeris. Tak heran jika keluarga dan orang tuanya menganggapnya kesurupan sehingga pernah juga dirukyah.
Pernah suatu ketika di sebuah pesta pernikahan keluarganya, tiba-tiba suara-suara teror itu datang. Jika sudah seperti itu, ia akan menarik diri, diam, dan lalu pulang sendirian dengan cucuran air mata.
Di dalam rumah orangtuanya, suara-suara halusinasi teror itu begitu seringnya datang. Suara itu bisa berupa tetangga yang mengejek, menghina, mencaci maki, dsb. Hana mengaku karena tekanan yang amat sangat itu mendorongnya untuk beberapa kali ia pergi dari rumah ( maaf kasarnya minggat....red). Ia pun hidup menggelandang berhari-hari dan tidur di pos satpam, di mushola, di masjid.