Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenang Cak Nur (Almarhum) – Jalan Hidup Seorang Visioner (Bagian 1)

31 Juli 2012   02:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lulus dari Gontor menuju kota Metropolitan untuk melanjutkan studi di IAIN Ciputat. Tidak ada sanak saudara satupun di Jakarta. Maka tahun-tahun pertama, Nurcholis tinggal berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mula-mula ia tinggal di rumah Rahman Partosentono di kompleks IAIN bersama teman-teman sekelasnya.

Namun setelah uang yang kiriman dari kampung berhasil dikumpulkan, ia memilih pindah ke tempat kost yang terjangkau di daerah Legoso berlokasi di seberang jalan agak jauh dari kampus IAIN.

Sebuah rumah sederhana yang terbuat dari anyaman bambu/ gedek. Di sebelah rumah kost itu ada empang yang ditanami ikan lele.

Empang itu dibuat jamban kayu yang bentuknya mirip mimbar, sehingga jika mau buang air, ia menyebutnya ”khutbah” :(

Karena empang dekat sekali letaknya dengan rumah itu, maka saat malam banyak sekali nyamuk-nyamuk menyerbu penghuni rumah. Dan mungkin karena itu pula, Nurcholish sempat terkena malaria.

Dari situ Nurcholish merasa tidak nyaman dan pindah ke tempat Mahrus Amin, adik kelasnya di Pesantren Gontor.

Ia juga mengajar di madrasah yang kelak menjadi Pesantren Darun Najah, dimana Mahrus Amin kemudian menjadi pengasuhnya.

Karena jarak terlalu jauh dan memerlukan ongkos yang tinggi untuk ukuran kantongnya, maka saat Zarkasyi, teman seniornya menawarkan menggantikan kamar kost di daerah Kebayoran Baru karena ia sudah akan keluar, serta merta Nurcholish menerimanya.

Kamar kost itu sebenarnya adalah ruang garasi yang dibagi dua. Satu bagian depan untuk garasi oplet, sisanya untuk kamar tidur. Kamar sederhana itu cukup mewah buat Nurcholish karena ada dipan kayu dengan kasur kapuk yang sudah tipis.

Untuk membuat suasana baru, ia minta ijin untuk mengecat ulang dinding kamarnya. Dan si ibu kost menyetujui dengan warna cat : biru.

Ia mengecat sendiri dengan telaten hingga kamar baru siap ditempati. Tapi alangkah kagetnya ibu kos ketika melongok ke kamar, Nurcholish ternyata mengecatnya dengan warna ungu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun