Setelah jalan keluar tak juga ditemukan, kembali Nurcholis tampil dengan gagasan seperti sebelumnya dengan penjelasan bahwa reformasi tak akan berhasil apabila presiden tidak mundur : ”Anda harus menemukan cara untuk mengakhiri kepresidenan secara terhormat dan bermartabat”
Maka sebagaimana yang kita saksikan, tanggal 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan kepada publik pengunduran dirinya, dan sisa masa jabatan presiden selanjutnya akan dilanjutkan oleh Wakil Presiden BJ Habibi dengan komposisi kabinet baru yang akan dibentuk.
Di sini kita bisa lihat, peran Cak Nur sangat besar dalam fase reformasi ini. Bagaimanapun, Pak Harto telah mengundurkan diri dengan kesadarannya, dengan upaya mencegah memperluasnya tragedi di bumi ini.
Berhentinya pucuk pimpinan negeri ini bisa dianggap telah melalui proses khusnul khatimah.
Alhamdulillah, kita terhindar dari pergantian rezim berkuasa seperti halnya yang menimpa Sadam Husein dan Moammar Khadafi. Sebuah sejarah kelam yang sungguh mengerikan dan membuat bergidik setiap kita yang turut menyimaknya...:(:(
Maka sepatutnyalah kita memberikan apresiasi tertinggi pada tokoh-tokoh nasional yang berjiwa besar dengan sumbangan gagasan dan pikiran yang layak dijadikan teladan, sebagaimana Nurcholis Madjid.
Semoga segala jihad dan perjuangan menyalakan api Islam, menjadikan pemberat timbangan kebaikan di alam sana. Berbagai spirit hidup yang telah ditiupkan dan warisan berupa ilmu dalam tulisan-tulisannya yang berguna bagi generasi sekarang dan akan datang di negeri ini adalah amal jariyah yang tak pernah putus mengiringi kepergiannya.
Amien YRA.
(Sekian)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H