Mohon tunggu...
Dista Arwanda
Dista Arwanda Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Dampak Kenaikan Harga Bahan Baku terhadap Industri Rumahan di Kota Malang

11 Januari 2023   23:10 Diperbarui: 11 Januari 2023   23:16 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Malang adalah salah satu kota yang memiliki banyak sekali industri kripik tempe. Home Industri atau industri rumahan merupakan suatu unit rumah usaha maupun perusahaan yang berskala kecil yang tidak berbentuk badan hukum dan dilaksanakan oleh seseorang atau beberapa orang anggota rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja yang, dengan kegiatan mengubah bahan dasar menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi yang lebih tinggi nilainya dengan tujuan untuk dijual (Suratiyah, 1991).  

Salah satu home industri yang berada di kota Malang berada di Sanan Sentra Industri Tempe dan Keripik Tempe. Home industri Ini mengolah kedelai menjadi tempe dan kripik tempe. 

Tempe merupakan salah satu produk yang menjadi kebutuhan pangan oleh sebagian besar masyarakat. Usaha tempe dan kripik tempe ini berperan sangat penting dalam pemerataan kesempatan usaha dan penyerapan tenaga kerja. 

Home industri tempe dan kripik tempe dari segi pemerataan usaha serta penyerapan ketenaga kerjaan sangat menonjol. Industri  tempe  umumnya padat  karya  dan  merupakan  industri  rumah  tangga, dengan ribuan  jumlah  industri tempe  akan  menyerap  banyak  tenaga  kerja  dan  meningkatkan  pendapatan bagi masyarkat.

Awal tahun 2021 menjadi pukulan besar bagi pengusaha tempe di Indonesia. Kenaikan harga kedelai mengakibatkan bisnis mereka menjadi terganggu, bahkan banyak pengusaha tempe maupun kripik tempe menjadi mogok produksi pada 1-3 Januari 2021. Hal tersebut dikarenakan adanya kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku tempe. 

Kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan tempe dan pemegang persentase dalam biaya produksi sehingga terjadi kenaikan harga kedelai menyebabkan para pengrajin tempe dan keripik tempe mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya. Kenaikan harga tempe dipasaran menyebabkan daya beli masyarakat akan tempe mengalami penurunan sehingga permintaan akan tahu juga menurun. Permintaan tempe yang mengalami penurunan disebabkan oleh adanya para pengrajin tempe mengurangi jumlah peoduksinya dan melakukan penaikan harga jual. 

Peningkatan harga kedelai impor beberapa bulan lalu mengakibatkan home industri tempe serentak untuk mogok produksi tempe untuk beberapa hari. Hal itu disebabkan karena modal yang dimiliki para pengusaha tempe terbatas untuk membeli bahan baku tempe akibat fluktusi harga kedelai otomatis harus menambah biaya produksi. 

Industri tempe memang seringkali menghadapi permasalahan kenaikan harga. Harga kedelai yang digunakan sebagai bahan baku cenderung naik sedangkan harga tempe di pasar susah untuk naik. Adanya permasalahan harha bahan baku yang terus meningkat para pengrajin tempe dan kripik tempe dapat terus tumbuh dan bersaing dengan produsen lain.

Produksi kripik tempe ada peran bahan baku utama lainnya yaitu minyak goreng. Minyak goreng merupakan salah satu komiditas bahan pokok yang bersifat multiguna. Kedua sifat tersebut membuat minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Lonjakan harga minyak goreng ibarat di pasaran menjadi hantaman baru bagi para home industri setelah sebelumnya terimbas karena adanya pembatasan selama pandemi. 

Selain harga sawit yang naik, kenaikan minyak goreng kemasan juga ikut naik dikarenakan stok minyak yang sedikit terlebih lagi minyak curah juga susah didapatkan di pasaran. Kenaikan harga akan berdampak kepada para konsumen pengguna minyak goreng, baik konsumen industri terutama industri pengolahan makanan berskala kecil maupun menengah ataupun konsumen rumah tangga. 

Selain kenaikan kedelai, minyak goreng juga mengalami kenaikan yang menyebabkan masalah besar bagi home industri tempe dan kripik tempe. Kenaikan harga minyak goreng ini juga berdampak pada seluruh lapisan masyarakat seperti pedagang dan para pengguna minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Hal itu tentu membuat para home industri harus memutar otak untuk menghadapi permasalahan ini, terlebih lagi jika bahan baku utamanya adalah minyak goreng. Sementara itu, dampak kenaikan harga minyak goreng membuat para home industri harus menambah modal untuk usahanya. Harga minyak goreng yang naik itu membuat untung yang didapatkan menjadi sedikit.

Kesimpulannya bahwa dampak dari kenaikan harga bahan baku ini cukup berdampak bahkan ada yang sampai mogok dan beralih pekerjaan, namun disisi lain ada juga yang mengikuti arus kenaikan bahan baku. Kenaikan harga bukan hanya menjadi momok bagi masyarakat umum sebagai konsumen saja akan tetapi seorang pengusaha akan ikut panik jika bahan baku naik. 

Para pengusaha harus memutar otak untuk menghadapi kondisi seperti ini. Dengan kenyataan tersebut sebenarnya pengusaha tidak ingin menyusahkan para konsumennya. Selain itu juga tidak adanya strategi untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku ini. 

Hal yang bisa pengusaha home industri lakukan dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku ini adalah dengan menggunakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh para pengusaha ketika bahan baku naik dengan mencari bahan baku alternatif. 

Tentu ada banyak cara untuk mencari bahan baku alternatif yang bisa dilakukan demi menyiasati peningkatan harga bahan baku sehinga membuat pengeluaran bertambah banyak. Apabila memang hanya ada beberapa supplier dan setiap supplier memiliki harga yang sama, bisa mencoba strategi lain yaitu mencoba menggabungkan antara kedelai impor dan lokal jika memang tidak bisa dilakukan cara lainnya. 

Cara yang lain yaitu dengan mengurangi spesifikasi produk atau jasa. Para pengusaha memilih untuk memengurangi spesifikasi produk mereka dari pada bisnis mereka mati dipasaran. Jika biasanya produk yang mereka jual panjangnya 15 cm sekarang dikurangi menjadi 12cm. 

Langkah ini bisa dilakukan demi menyiasati persaingan usaha dengan  tidak menaikkan harga jual yang berlaku di pasaran. Apalagi kebanyakan masyarakat lebih memilih mementingkan harga dibandingkan dengan ukuran produknya. Mengurangi spesifikasi produk merupakan pilihan para pengusaha untuk tetap bisa berdagang dengan tidak menaikan harga jual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun