Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bukit Kujau: Heart of Borneo

3 Oktober 2020   13:32 Diperbarui: 4 November 2020   08:35 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Panorama Eksotis Bukit Kujau

Seberkas cahaya meresap masuk melalui celah-celah dedaunan pohon membungkus tubuh gagah Heart of Borneo. Jutaan pepohonan tampak menyelimuti tubuh perkasa yang menjulang menyentuh cakrawala di bawah langit biru. Udara bersih, segar nan sejuk terhembus dari pusar angin di antara rindangnya dedaunan. 'Paduan suara' burung-burung rimba memerdukan gema alam menyerasikan panorama eksotis Bukit Kujau.

Lekukan permukaan bukit meliuk menutup mata untuk menyaksikan sejuta rahasia alam yang terpatri, terbenam dalam kelamnya kabut rimba raya. Suara riam beriak meluncur mengundah hati merasuk sukma untuk berlari menggapainya. Air bersih nan jernih mengalir gemericik tiada henti tanpa kenal musim. Siapa yang tercebur dalam airnya pasti sulit melepaskannya, air alami yang senantiasa dipelihara alam sekitarnya.

Segala tetumbuhan hutan dan spesies yang tak lazim ditemui di tempat lain masih utuh di perut bukit bertebing curam ini. Pohon-pohon raksasa masih berdiri kokoh, tegak melindungi semua habitat yang tergantung dengan kerindangan serta oksigen dari sela-sela daunnya. Nuansa kehijauan alam yang khas menyambung sensasi dan rasa semua insan untuk tertuju pada megahnya bukit hijau ini. Itulah Bukit Kujau si Heart of Borneo.

Bukit yang disebut Heart of Borneo telah menyita perhatian dunia. Karena itu, tanggung jawab untuk melestarikan kawasan eksotis ini bukan hanya kepentingan masyarakat lokal, Indonesia melainkan juga kepentingan Internasional.

 

Letak dan Keadaan Geografis

Komunitas masyarakat Dayak di bagian perhuluan khususnya di Kabupaten Sekadau, Sintang dan Melawi sudah sangat akrab dengan bukit yang disebut Bukit Kujau ini. Bukit yang diselimuti hutan tropis lebat ini secara geografis berada di dua Kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bagian barat dan utara berada di Kecamatan Tempunak sedangkan bagian timur dan selatan berada di Kecamatan Sepauk. Meski dari wilayah kecamatan yang berbeda, umumnya warga yang tinggal di sekeliling Kujau berasal dari Suku Dayak yang sama, yakni Suku Desa dan Suku Seberuang.

Bukit yang selalu elok dan memanjakan mata ini sebenarnya bukanlah sembarang bukit. Menurut cerita dari mulut ke mulut dari para tetua dan tokoh adat setempat, bukit Kujau merupakan salah satu penanda atau alamat sesuatu yang akan terjadi. Bukit yang berdiri tegak dan tangguh ini menyimpan sejuta misteri yang sukar untuk ditelusuri. Misalnya, menurut kisah para moyang dan sekaligus kesaksian para tetua Dayak Desa Seberuang, sekitar 500 tahun silam pernah terjadi perang hantu yang dibuktikan dengan ditemukannya kepala kayau oleh warga setempat.

 

Fenomena Mistis

Saat mata orang tertuju kepada bukit yang berketinggian kurang lebih 4000-an meter ini sudah pasti akan berdecak kagum apalagi kalau sampai mampu mendakinya hingga ke puncak. Lebih-lebih bila mereka yang berezeki maka bisa saja menemukan sesuatu di sana. Menurut keterangan warga yang berada di sekitar Kujau (SP V SKPC, Pulau Mandung, Bangun, Seranjuk dan lain-lain) adalah sebuah anugerah bila mampu mendaki hingga ke Cuncung, terutama Cuncung Inu'k (puncak induk yang paling tinggi). Bukit Kujau terkenal dengan keanggunan dan keperkasaannya, banyak cerita legenda dan misteri yang berhubungan dengan bukit itu.

Mitologi Kujau

Ditilik dari sudut historisnya, Kujau memang menyimpan sebuah kekuatan mistik yang notabene adalah positif. Hal tersebut memang kasat mata tetapi bisa dirasakan saat berada di dalamnya. Untuk itulah, menurut warga setempat tidak diperkenankan seseorang mengambil sesuatu di dalam bukit tanpa melalui prasyarat tertentu. Karena itu tempat tersebut sudah ngeramat maka meskipun yang berkeinginan mengambil sesuatu hendaaknya meminta izin kepada Petara dan Puyang Gana (penjaga tanah).

Mengenai sejarah asal-usul Kujau, tidak ada yang tahu pasti karena merupakan kekayaan alam peninggalan leluhur yang telah menjadi saksi bisu turun-temurun. Menurut orang-orang setempat, Kujau sudah ada semenjak mereka lahir. Mereka menambahkan, Kujau adalah salah satu bukit sejarah terpenting tentang munculnya Dayak Seberuang dan Desa di sekitar aliran sungai Tempunak dan Sepauk. Oleh karena itu, Kujau menjadi simbol sebagai sebuah tempat yang dirindukan. Dalam catatan sejarah lisan juga disebutkan tubuh perahu Aji Melayu menutupi puncak Kujau, yang hingga kini masih ada di dekat Cuncung Kujau dalam bentuk batu yang persis seperti sebuah perahu besar. Tempat ini menjadi salah satu situs penting.

 

Dimensi Historis: Ruang dan Waktu

Bukti sejarah ini menyimpulkan bahwa semenjak dunia belum sempurna di mana sekitar wilayah kujau sekarang masih berbentuk Segara', Kujau sudah ada. Kisah lain yang menyebutkan bahwa saat manusia Dayak masih berkumpul di Tampun Juah dan tiba-tiba terjadi perang, Kujau adalah salah satu tempat berlindung sekaligus pelarian. Demikian pula saat terjadi pengayauan (berburu kepala manusia), mereka yang ditinggal mati oleh keturunannya di bawa pengayau lain ke Kujau lantas menjadi Orang Tapa.

Mengenai hal tersebut, seorang tetua adat menyebutkan, mereka yang menjadi yatim piatu selalu diantar ke Kujau dan menjadi Orang Tapa, setelah menjadi Orang Tapa mereka menjadi manusia yang sakti mandraguna bahkan sulit dilihat dengan mata telanjang. Umumnya Orang Tapa ini membantu warga sekitar dan siap dipanggil kapanpun saat warga dalam kesulitan.

Memperhatikan hubungan historis dengan kehidupan serta asal-usul manusia Dayak di sekitar Kujau, maka tidak aneh apabila Kujau menjadi begitu keramat dan menjadi tujuan banyak orang. Ada yang berkunjung sekedar ingin menikmati sensasi indahnya alam puncak Kujau, ada pula yang datang dengan intensi tertentu. Misteri yang tersembunyi bukan sesuatu yang menakutkan melainkan sebagai bukti kalau bukit ini mempunyai nilai eksklusif yang patut dilestarikan dan dijaga eksistensinya. Soal percaya atau tidak itu relatif, silakan membuktikannya sendiri.

 

Eksistensi Kujau Terancam

Eksistensi bukit yang megah dan menawan hati setiap orang ini, sedang terancam. Hal tersebut tidak lain karena disebabkan serakahnya kekuasaan dan investasi perkebunan sekala besar. Disekeliling Kujau dan perkampungan sekitarnya sudah dikelilingi perusahaan sawit. Di sebelah barat ada beberapa perusahaan yang beroprasi dan semakin mengarah ke kaki Kujau, di antaranya PT Indofood, PT Citra Kalbar Sarana (CKS), PT Permata Hijau Sarana (PHS), di seberang selatan ada PT Multi Prima Entakai (MPE) dan PT Indofood dan untuk sebelah utara hingga timur dikuasai PT SDK. Perlu diketahui sebelumnya di sekeliling Kujau hingga kaki bukit dipenuhi hutan tropis dengan kayu-kayu raksasanya tetapi itu tinggal kenangan yang tersisa hanya puing dan tunggulnya saja. Hutan dan kayu sudah habis dilahap para pengusaha dan penguasa melalui program HPH.

Memperhatikan kondisi saat ini, upaya penyelamatan Bukit Kujau perlu dilakukan. Langkah awal yang mesti dilakukan adalah menghindari penebangan hutan secara besar-besaran di sekitar Kujau, termasuk mencegah masuknya perusahaan yang senangnya cuma mengeruk hasil semata. Setiap manusia berpotensi menjadi perusak lingkungan, baik dalam sekala kecil maupun besar. Ketika manusia menggerus kekayaan alam, membangun imprastruktur, jalan raya dan perumahan, menggunakan kendaraan bermotor dan menggerakan pabrik, terjadilah kerusakan lingkungan. Namun, setiap manusia juga berpotensi untuk menjadi pahlawan penyelamat lingkungan. Dengan kerjasama semua pihak terkait terutama pemerintah dan warga sekitar atas dasar kepedulian serta rasa memiliki yang tinggi niscaya Bukit Kujau masih dapat dinikmati hingga anak cucu kelak.

SELAMAT HARI PARIWISATA SEDUNIA*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun