Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terminologi Ngemaik Manik Nemia' pada Suku Dayak Desa

13 September 2020   11:09 Diperbarui: 8 Oktober 2020   13:13 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyibak misteri, mencari arti

Secara etimologis kata "Ngemaik Manik Nemia" dalam bahasa Dayak Desa berarti membawa anak mandi. Ngemaik manik nemia' adalah ritual adat mandikan anak yang berumur berkisar antara satu sampai tiga tahun ke dalam sungai yang mengalir (Derek Freeman, 1992: 81).

Salah satu suku Dayak yang masih tekun melakukan ritual layaknya upacara keagamaan ini adalah Dayak Desa di Kabupaten Sintang dan Sekadau, Provinsi Kalimantan Barat.

Dayak Desa adalah salah satu suku Dayak terbesar yang berdomisili di tujuh kecamatan, yaitu: Kecamatan Sintang, Kecamatan Binjai Hulu, Kecamatan Kelam Permai, Kecamatan Sei Tebelian, Kecamatan Dedai, Kecamatan Tempunak dan Kecamatan Sepauk. Subsuku Dayak Desa ada juga di Kabupaten Sekadau. Mereka merupakan penyebaran dari Dayak Desa di Kabupaten Sintang. 

Mereka pindah ke Sekadau karena mencari lahan yang masih subur dan juga menghindari peperangan antarsuku, yakni dengan suku Iban. Dayak Desa di Kabupaten Sekadau terdapat di Kecamatan Sekadau Hilir, tepatnya bermukim di Kampung Tapang Sambas, Tapang Kemayau, Tapang Semadak dan Perupuk Mentah.

Nilai esensial Ngemaik Manik Nemia'

Bagi suku Dayak Desa ritual Ngemaik manik nemia' ke sungai adalah salah saatu kewajiban. Ritual ini sudah dilakukan turun-temurun. Bagi Dayak Desa Ngemaik manik nemia' adalah satu keharusan (mutlak). 

Salah satu nilai esensialnya adalah memberitahukan kepada 'Puyang Gana' (nama lain Petara atau Yang Maha Kuasa) bahwa anak ini sudah disuci-kuduskan dan sudah dibersihkan dari dosa asal dan mohon perlindungan dari pada-Nya. Setelah dimandikan, segala resiko dan nasib atas anak telah diserahkan sepenuhnya kepada 'Raja Duata' dan mohon supaya dijaga, diintu sepanjang hidup di dunia dan akhirat.

Ngemaik manik nemia' menjadi barang pasti yang bertujuan untuk penyembuhan. Bentuk penyembuhan memang dari satu sisi orang tua berinisiatif untuk menyembuhkan anak yang sakit baik berupa pengobatan tradisional maupun menggunakan obat-obatan yang cocok sesuai dengan penyakit yang diderita oleh si anak. 

Akan tetapi, ritual ngemaik manik nemia' itu sendiri menurut kepercayaan orang Dayak Desa memiliki nilai sugesti, sehingga ketika anak dimandikan secara adat oleh tetua adat dengan tujuan penyembuhan, anak menjadi sembuh. Dengan demikian penyembuhan berdampak pada keselamatan.

Sebelum masyarakat menemukan sistem pengobatan dengan cara modern, mereka hanya mengenal cara pengobatan tradisional. Penyembuhan dan menyuci-kuduskan secara tradisional (dalam ngemaik manik nemia') sejauh yang penulis tahu merupakan ungkapan cinta kasih. 

Mengapa? Karena seseorang terdorong karena kasih mengupayakan suatu sistem pengobatan dengan harapan yang bersangkutan bisa diselamatkan baik secara fisiologis maupun secara rohaniah.

Selain itu, nilai esensial yang mau diangkat dalam tradisi ngemaik manik nemia' ialah bahwa seseorang mau mengungkapkan kasih dan persaudaraan karena kita semua diciptakan oleh Petara Puyang Gana secara sama (sehakekat).

Perlengkapan ritual

Ada beberapa benda adat yang mesti dipersiapkan terlebih dahulu sebelum upacara digelar. Diantaranya babi dan ayam, tuak, ilum (pinang sirih, rokok), telur ayam kampung, talam (berisi air, batu, tanah dan telur), abu, sebangkang (pulut panggang atau lemang), kelapa tua bertunas, ketawak atau gong serta kain panjang (selendang).

Babi, ayam dan beras melambangkan kesempurnaan atau suatu persembahan yang terbaik. Beras biasanya menggunakan beras yang biasa dimasak untuk kebutuhan sehari-hari. 

Beras juga melambangkan kehidupan. Babi dan ayam berarti memberikan sesuatu yang terbaik. Tuak adalah minuman yang menyenangkan seperti anggur bagi orang Eropa. 

Tuak melambangkan persaudaraan, walaupun kalau dikonsumsi dalam jumlah banyak bisa memabukkan. Tuak merupakan minuman khas orang Dayak dalam upacara adat.

Kelapa tua bertunas melambangkan kekokohan ikatan antara anak yang dimandikan dengan orang tuanya. Ketawak atau gong melambangkan hidup dan kekuatan anak. 

Kekuatan bukan sekedar fisik melainkan juga semangat yang kuat. Kain panjang melambangkan ikatan yang erat antara anak dengan orang tua. Fungsinya untuk menggendong anak yang dimandikan jika anak itu masih sangat kecil atau bayi.

Bagi orang Dayak Desa, benda-benda adat itu mempunyai nilai dan makna yang sangat berarti bagi mereka. Setiap adat istiadat yang berlaku dalam setiap kebudayaan khususnya kebudayaan Dayak memiliki makna dan memiliki efek positif bagi kehidupan orang Dayak dan juga bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.

Ritus Ngemaik Manik Nemia'

Upacara adat ini dilakukan di sungai. Pertama-tama si anak yang akan dipermandikan digendong oleh orang tua perempuan (ibu atau nenek). Selanjutnya anak dibawa turun tangga, diiringi dengan bunyi ketawak atau gong. Gong ditabuh selama dan sebanyak tujuh kali (angka simbolis) berturut-turut. Setelah tabuhan yang ke tujuh, anak bersama pembawanya langsung ke dalam dan mengambil abu yang langsung dioleskan ke dahi si anak. 

Sebelumnya di bawah tangga sudah disiapkan sebuah talam berisi air, telur mentah, tanah dan batu. Berikutnya talam yang sudah dipersiapkan tersebut diinjak oleh pengintang (pembawa) anak berulang-ulang sebanyak tujuh kali. Selanjutnya pengintang bersama warga lainnya turun ke sungai dengan tetap diiringi dengan suara ketawak atau gong.

Ritual Ngemaik manik nemia' ini sangat simbolis. Di pinggir sungai dipasang jawir (benda dari bambu) sebanyak dua batang yang ditanam silang ujung (bersilang ketemu ujung). Di ujung jawir digantung rancak (tempat sesajian). 

Di sekitar tempat yang sama ditanam sebiji kelapa bertunas dan pada kelapa itu ditancapkan sebilah kujur (tombak), lalu dililit dengan kain panjang. Setelah semuanya lengkap imam atau tetua adat langsung memandikan anak ke dalam sungai secara perlahan-lahan. Persis di tempat si anak dimandikan direndam sebuah ketawak atau gong dengan posisi terlentang.

 

Ngemaik manik nemia': Tradisi yang harus dilestarikan

Ritual Ngemaik manik nemia' patut dilestarikan karena banyak unsur positifnya. Ngemaik manik nemia' merupakan ritual pemberitahuan kepada Petara dan Puyang Gana untuk minta intujaga, hidup nyaman badan, gayu nyilu, kaya bisik dan jangak rinda (minta dijaga, dipelihara supaya hidup sukses, sehat badan, panjang umur dan banyak keturunan).

Umat Kristiani biasanya melihat nilai positif yang ditawarkan dari ritual Ngemaik manik nemia' bahwa kehadiran seorang manusia baru dalam keluarga patut disyukuri. 

Anak adalah mutiara keluarga. Sebagai mutiara keluarga karena seorang anak menjadi harapan dari kedua orangtuanya. Hadirnya seorang anak di tengah-tengah keluarga memberi suasana baru dan hidup penuh kebahagiaan. Ikatan cinta kasih suami-istri semakin erat dengan kehadirannya di tengah-tengah mereka itu.

Hadirnya seorang anak sering kali juga dapat memecahkan kesepian, kebisuan dan bahkan pertengkaran suami-istri. Anak adalah buah hati bagi orangtuanya, karena anak merupakan darah dagingnya. Dengan demikian seorang anak menjadi kebanggaan, harapan dan cinta kasih orangtuanya.

Sebagai bentuk cinta kasih itu keluarga-keluarga Kristiani dari suku Dayak secara khusus suku Dayak Desa menggelar ritual Ngemaik manik nemia' anak yang adalah manusia baru dilahirkan kembali dari permandian, anak diterima secara kultus dalam kebudayaan Dayak Desa. 

Biasanya, bagi umat Kristiani, upacara dimulai dengan doa terlebih dahulu, salah satu upaya inkulturasi. Hanya mereka yang menyadari ini adalah bagian dari hidup, adat istiadat dan tradisi aslilah yang tetap kokoh mempertahankan ritual ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun