Upacara adat ini dilakukan di sungai. Pertama-tama si anak yang akan dipermandikan digendong oleh orang tua perempuan (ibu atau nenek). Selanjutnya anak dibawa turun tangga, diiringi dengan bunyi ketawak atau gong. Gong ditabuh selama dan sebanyak tujuh kali (angka simbolis) berturut-turut. Setelah tabuhan yang ke tujuh, anak bersama pembawanya langsung ke dalam dan mengambil abu yang langsung dioleskan ke dahi si anak.Â
Sebelumnya di bawah tangga sudah disiapkan sebuah talam berisi air, telur mentah, tanah dan batu. Berikutnya talam yang sudah dipersiapkan tersebut diinjak oleh pengintang (pembawa) anak berulang-ulang sebanyak tujuh kali. Selanjutnya pengintang bersama warga lainnya turun ke sungai dengan tetap diiringi dengan suara ketawak atau gong.
Ritual Ngemaik manik nemia' ini sangat simbolis. Di pinggir sungai dipasang jawir (benda dari bambu) sebanyak dua batang yang ditanam silang ujung (bersilang ketemu ujung). Di ujung jawir digantung rancak (tempat sesajian).Â
Di sekitar tempat yang sama ditanam sebiji kelapa bertunas dan pada kelapa itu ditancapkan sebilah kujur (tombak), lalu dililit dengan kain panjang. Setelah semuanya lengkap imam atau tetua adat langsung memandikan anak ke dalam sungai secara perlahan-lahan. Persis di tempat si anak dimandikan direndam sebuah ketawak atau gong dengan posisi terlentang.
Â
Ngemaik manik nemia': Tradisi yang harus dilestarikan
Ritual Ngemaik manik nemia' patut dilestarikan karena banyak unsur positifnya. Ngemaik manik nemia' merupakan ritual pemberitahuan kepada Petara dan Puyang Gana untuk minta intujaga, hidup nyaman badan, gayu nyilu, kaya bisik dan jangak rinda (minta dijaga, dipelihara supaya hidup sukses, sehat badan, panjang umur dan banyak keturunan).
Umat Kristiani biasanya melihat nilai positif yang ditawarkan dari ritual Ngemaik manik nemia' bahwa kehadiran seorang manusia baru dalam keluarga patut disyukuri.Â
Anak adalah mutiara keluarga. Sebagai mutiara keluarga karena seorang anak menjadi harapan dari kedua orangtuanya. Hadirnya seorang anak di tengah-tengah keluarga memberi suasana baru dan hidup penuh kebahagiaan. Ikatan cinta kasih suami-istri semakin erat dengan kehadirannya di tengah-tengah mereka itu.
Hadirnya seorang anak sering kali juga dapat memecahkan kesepian, kebisuan dan bahkan pertengkaran suami-istri. Anak adalah buah hati bagi orangtuanya, karena anak merupakan darah dagingnya. Dengan demikian seorang anak menjadi kebanggaan, harapan dan cinta kasih orangtuanya.
Sebagai bentuk cinta kasih itu keluarga-keluarga Kristiani dari suku Dayak secara khusus suku Dayak Desa menggelar ritual Ngemaik manik nemia' anak yang adalah manusia baru dilahirkan kembali dari permandian, anak diterima secara kultus dalam kebudayaan Dayak Desa.Â