Mohon tunggu...
Diski Chandra
Diski Chandra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Prof. DR.HAMKA

Author

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Marxisme dalam Insfrastruktur Kapitalisme Kritik Terhadap Dampak Sosial dan Lingkungan Studi Kasus Jalan Tol Trans - Jawa

7 Juli 2024   11:19 Diperbarui: 7 Juli 2024   11:34 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ini akan membantu memastikan bahwa pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan berdaya tahan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi semua pihak yang terlibat, sambil menghormati hak-hak masyarakat dan menjaga keseimbangan ekologi yang penting bagi masa depan generasi mendatang.

Perspektif Marxisme Terhadap Solusi Alternatif
Dalam perspektif Marxisme, solusi alternatif untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan tol harus berfokus pada redistribusi kekayaan dan sumber daya untuk kepentingan kolektif dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Marxisme menilai bahwa dalam sistem kapitalisme, infrastruktur sering kali dibangun dengan tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan kapitalis, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan hak-hak masyarakat yang lebih luas, Salah satu alternatif yang diajukan oleh Marxisme adalah kepemilikan dan pengelolaan kolektif atas infrastruktur. Ini berarti bahwa proyek-proyek seperti jalan tol seharusnya dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan atau pemerintah yang mewakili kepentingan publik, bukan oleh sektor swasta yang berorientasi pada keuntungan. Dengan demikian, pengelolaan dan pendanaan proyek infrastruktur akan lebih mementingkan pelayanan publik dan kepentingan sosial daripada pencapaian keuntungan finansial yang maksimal. Pemikiran tentang redistribusi kekayaan dalam konteks pembangunan infrastruktur juga mencakup penataan ulang cara sumber daya ekonomi didistribusikan. Marxisme menyoroti bahwa dalam sistem kapitalisme, kekayaan dan kontrol atas sumber daya sering kali terkonsentrasi di tangan sedikit kapitalis yang mempengaruhi kehidupan banyak orang. Sebagai alternatif, Marxisme mendorong untuk menempatkan kekayaan dan sumber daya produksi di tangan masyarakat secara luas, sehingga manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pembangunan infrastruktur dapat dinikmati secara merata oleh seluruh anggota masyarakat. Sebagai contoh konkret, dalam konteks pembangunan jalan tol seperti Trans-Jawa, solusi alternatif menurut perspektif Marxisme mungkin melibatkan proses pengambilan keputusan yang lebih demokratis dan transparan. Ini termasuk melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat lokal dan kelompok masyarakat yang terpengaruh dalam perencanaan, pelaksanaan, dan manajemen proyek. Dengan cara ini, kebutuhan dan aspirasi lokal dapat lebih dipertimbangkan dalam setiap tahap proyek, sementara keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari infrastruktur dapat digunakan untuk memperkuat layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum. Selain itu, Marxisme juga menekankan pentingnya untuk memprioritaskan keberlanjutan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur. Alternatif solusi menurut Marxisme akan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem lokal dan global, dengan mengadopsi praktik konstruksi yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan kebutuhan generasi mendatang. Pendekatan Marxisme terhadap solusi infrastruktur juga mempertimbangkan perlunya mengurangi ketimpangan ekonomi yang ada. Ini dapat dilakukan dengan cara mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin melalui kebijakan redistribusi kekayaan dan penguatan hak-hak buruh. Dengan memberdayakan pekerja dan masyarakat secara keseluruhan, solusi alternatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan tetapi juga untuk membangun fondasi yang lebih kuat bagi keadilan sosial dan keberlanjutan jangka panjang. Dalam kesimpulan, perspektif Marxisme menawarkan pendekatan alternatif yang menekankan kepemilikan dan manajemen kolektif atas infrastruktur, redistribusi kekayaan untuk kepentingan sosial, dan perlindungan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur. Solusi-solusi ini bertujuan untuk memastikan bahwa proyek-proyek pembangunan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh masyarakat dan lingkungan.

Dalam perspektif Marxisme, pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa memiliki dampak sosial dan lingkungan yang signifikan. Secara sosial, proyek ini menghadirkan tantangan serius bagi komunitas lokal dan pekerja migran yang terlibat. Proses pengadaan lahan sering kali mengakibatkan pengusiran paksa atau pemaksaan untuk menjual tanah dengan harga yang tidak adil, yang menyebabkan ketegangan sosial dan kehilangan sumber penghidupan bagi banyak penduduk. Pekerja migran, yang bekerja dalam kondisi yang tidak aman dan dengan upah rendah, juga rentan mengalami eksploitasi yang serius. Dari segi lingkungan, pembangunan jalan tol ini memicu kerusakan alam yang signifikan. Penggundulan hutan untuk membebaskan lahan dan peningkatan polusi udara dan air akibat lalu lintas kendaraan merupakan beberapa dampak negatif yang penting. Marxisme menyoroti bahwa infrastruktur kapitalis cenderung mengutamakan keuntungan finansial jangka pendek atas pertimbangan lingkungan jangka panjang atau kesejahteraan masyarakat. Kesimpulan dari analisis ini adalah bahwa pembangunan Jalan Tol Trans-Jawa, seperti proyek infrastruktur besar lainnya, harus dinilai dengan lebih kritis dari sudut pandang sosial dan lingkungan. Marxisme menawarkan solusi alternatif dengan menekankan kepemilikan dan pengelolaan kolektif atas infrastruktur serta redistribusi kekayaan dan sumber daya untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Implikasi kesimpulan ini terhadap teori Marxisme secara lebih luas adalah pentingnya transformasi struktural dalam ekonomi dan politik untuk mencapai keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan Marxisme menegaskan perlunya menempatkan kekuasaan ekonomi kembali ke tangan masyarakat melalui pengelolaan kolektif atas sumber daya ekonomi. Dalam konteks pembangunan infrastruktur seperti jalan tol, hal ini berarti mengubah cara infrastruktur dikelola dan dimiliki sehingga melayani kepentingan sosial dan lingkungan yang lebih besar. Ini melibatkan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan serta perlindungan hak-hak pekerja dan komunitas lokal yang terpengaruh Secara lebih luas, kesimpulan ini mengarah pada perlunya perubahan struktural dalam sistem ekonomi global yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, keberlanjutan, dan pemerataan kekayaan. Marxisme memandang bahwa kapitalisme, dengan fokusnya pada akumulasi kekayaan oleh sedikit orang, cenderung memperburuk ketidaksetaraan sosial dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, alternatif-alternatif yang berdasarkan prinsip-prinsip Marxisme menawarkan jalan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan lingkungan yang lebih berkelanjutan melalui penerapan kebijakan dan praktik yang berbeda. Dalam konteks pembangunan jalan tol Trans-Jawa, ini berarti mengevaluasi ulang pendekatan terhadap pembangunan infrastruktur besar dan memprioritaskan kepentingan masyarakat dan lingkungan di atas keuntungan ekonomi semata. Kesimpulan ini menyoroti pentingnya menempatkan kembali manusia dan lingkungan sebagai fokus utama dalam pembangunan, bukan hanya sebagai penerima sisa-sisa dari pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kapitalisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun