Mohon tunggu...
Ariska Trisnandari
Ariska Trisnandari Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Politeknik Negeri Bandung. I have no particular talent, I'm merely inquisitive.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengenal “Current Rasio”

8 November 2015   12:42 Diperbarui: 30 November 2015   09:53 8846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Current ratio (rasio lancar) merupakan jenis dari rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dapat menjaga tingkat likuiditasnya, maka analisa terhadap rasio-rasio likuiditas dapat digunakan. Dengan menggunakan analisa ini perusahaan bisa melakukan pembenahan terhadap tingkat likuiditasnya untuk masa depan.

Menurut Munawir (2005:72), rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisis posisi modal kerja perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar yang segera dapat dijadikan uang ada sekian kalinya dari hutang jangka pendek. Current ratio 200% dianggap sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung pada beberapa faktor. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rue of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitiaan atau analisa yang lebih lanjut.

Munurut Munawir (2005:72) Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkiin sulit untuk ditagih.

Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Menurut Munawir (2004:72), sebelum membuat kesimpulan akhir dari analisa current ratio, terlebih dahulu harus dipertimbangkan faktor-faktor tertentu, yaitu:

  1. Distribusi atau proporsi dari aktiva lancar suatu perusahaan.
  2. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh perusahaan dalam menjual barangnya.
  3. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, karena ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup besar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan suliit ditagih sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan nilai yang dilaporkan.
  4. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar. Jika nilai persediaan semakin turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama ditunjukkan dalam persediaan) tidak menjamin likuiditas perusahaan.
  5. Perubahan persediaan dalam hubungannya dengan volume penjualan sekarang atau di masa yang akan datang, yang mungkin adanya over investment dalam persediaan.
  6. Kebutuhan jumlah modal kerja di masa mendatang, semakin besar kebutuhan modal kerja di masa yang akan datang maka dibutuhkan adanya rasio yang besar pula.

Dalam menganalisis atau menghitung current ratio, perlu diperhatikan kemungkinan adanya manipulasi data yang disajikan oleh perusahaan atau dikenal dengan adanya window dressing, yaitu dengan cara mengurangi jumlah hutang lancar yang mungkin diimbangi dengan mengurangi jumlah aktiva lancar dalam jumlah yang sama (lebih-lebih adanya pengurangan hutang lancar yang tidak diimbangi dengan penurunan jumlah aktiva lancar). Menurut Munawir (2005:73), pengurangan jumlah hutang lancar dan aktiva lancar dalam jumlah yang sama akan menaikkan atau mempertinggi current ratio yang dihitung, hal ini dapat dibuktikan dari contoh sebagai berikut:  

Aktiva Lancar:

Kas                                                     Rp  5.000.000,-

Piutang dagang                                    Rp 12.500.000,-

Piutang wesel                                       Rp 10.000.000,-

Persediaan                                          Rp 25.000.000,-

Persekot biaya                                     Rp   7.500.000,-

Jumlah                                               Rp 60.000.000,-

Hutang Lancar:

Hutang dagang                                    Rp 12.500.000,-

Hutang wesel                                       Rp 10.000.000,-

Hutang pajak                                       Rp   5.000.000,-

Hutang gaji                                          Rp   2.500.000,-

Jumlah                                                   Rp 30.000.000,-

            Dari data tersebut dapat diketahui bahwa current ratio perusahaan tersebut adalah 2: 1 atau 200% yang berarti bahwa jumlah aktiva lancar ada dua kali dari jumlah hutang lancar atau setiap Rp 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp 2,- aktiva lancar. Tetapi jika dari data tersebut di atas rekening atau pos piutang wesel dan hutang wesel masing-masing dihapuskan maka jumlah aktiva lancar ada Rp 50.000.000,- dan jumlah hutang lancar Rp 20.000.000,-. Dengan demikian current ratio menjadi 2,5: 1 atau 250% yang berarti 50% lebih besar daripada current ratio sebelum ada manipulasi piutang wesel dan hutang wesel.

            Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa current rasio dapat mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya namun sebelum membuat kesimpulan akhir dari analisa current ratio, terlebih dahulu harus dipertimbangkan faktor-faktor tertentu. Selain itu dalam menganalisis atau menghitung current ratio perlu diperhatikan kemungkinan adanya manipulasi data yang disajikan oleh perusahaan atau dikenal dengan adanya window dressing.

 

 

 

Judul TA : Pengaruh Current Rasio, Quick Rasio dan Debt to Equity Rasio terhadap Return On Investment pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2013

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun